Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hoaks Rohani dan Rasa "Berdosa" Ketika Tidak Mengamini

8 Januari 2021   16:05 Diperbarui: 8 Januari 2021   16:16 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hoaks - pexels.com

Hoaks atau berita bohong sudah jadi makanan kita sehari-hari. Zaman kiwari, hoaks bukan hanya soal politik dan kesehatan, tetapi sudah merembet ke hal-hal rohani. 

Cukup mudah terpapar hoaks bertema rohani atau keagamaan ini. Cobalah bergabung dengan grup-grup rohani dan keagamaan di Facebook, Whatsapp, Telegram. Setidaknya saya yang bergabung dalam sejumlah grup rohani kristiani sudah melihat sendiri betapa maraknya hoaks rohani ini.

Contoh-contoh hoaks rohani

Ada banyak ragam hoaks rohani atau keagamaan yang saya jumpai. Sekali lagi ini dalam lingkup kekatolikan atau kristiani. Lingkup agama-agama lain tentu ada ragam lainnya.

1. Kalimat atau pernyataan tertentu yang disematkan pada tokoh agama padahal tokoh itu tidak pernah mengatakannya.

2. Kisah "mukjizat" yang tampak tidak meyakinkan dan cenderung narasinya dibuat-buat.

3. Foto "mukjizat" yang kelihatan sebagai rekayasa dan atau proses fotografi biasa saja.

4. Doa-doa yang diklaim ajaib dan ampuh, diikuti ancaman jika tidak diteruskan akan mendatangkan celaka.

5. Prediksi akhir zaman atau prediksi berisi ancaman bencana jika tidak melakukan olah rohani tertentu.

Contoh terbaru hoaks rohani adalah foto "mukjizat" Sakramen Maha Kudus yang "bersinar" di sebuah gereja di Amerika Serikat. Saya melakukan verifikasi ke halaman Facebook resmi gereja tersebut. Anehnya, tidak ada kehebohan apa pun di halaman Facebook gereja itu. Tidak ada satu pun media lokal maupun nasional AS yang meliputnya.

Logikanya, jika ada mukjizat, tentu setidaknya media lokal meliput dan komunitas itu sendiri yang jadi heboh. Yang terjadi, semua adem ayem saja di Amerika sana. Yang heboh malah orang Indonesia. Hehehe. Capek deh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun