Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama FEATURED

Merapi Siaga, Apa 10 Barang Paling Diperlukan Pengungsi?

11 November 2020   09:23 Diperbarui: 28 Januari 2021   14:08 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kubah lava dilihat dari Desa Kinahrejo (6/10/2020) - ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menaikkan status Gunung Merapi dari Waspada ke Siaga (level III). Status Gunung Merapi ini dinaikkan pada Kamis (5/11/2020).  Aktivitas vulkanik Merapi akhir-akhir ini dicemaskan dapat berpotensi membahayakan warga.

Dikutip dari kompas.com, pengamatan morfologi kawah Gunung Merapi pada tanggal 3 November 2020 belum menunjukkan pembentukan kubah lava baru. Sampai sekarang, kegempaan dan deformasi masih terus meningkat. Ini menimbulkan potensi ancaman bahaya berupa guguran lava lontaran material dan awan panas sejauh maksimal 5 kilometer.

Menariknya, peningkatan aktivitas vulkanik pada Oktober-November 2020 ini terjadi tepat sepuluh tahun setelah rangkaian letusan Merapi pada 2010 lalu.

Pada 26 Oktober 2010 atau sepuluh tahun lalu, Gunung Merapi meletus tiga kali pada sekitar pukul 18.25 WIB. Rangkaian letusan diikuti hujan abu di sekitar lereng Merapi, terutama di Kabupaten Sleman, Magelang, dan Klaten.

Letusan Gunung Merapi pada 2010 menewaskan 337 orang. Letusan ini juga meluluhlantakkan puluhan desa. Ratusan ribu orang terpaksa mengungsi.

Menurut berita terkini, sudah ada ratusan warga diungsikan ke tempat-tempat pengungsian. Kompas.com mencatat, menurut data terbaru BPBD Magelang, 795 warga lereng Merapi mengungsi. Mereka kini tersebar di 9 titik pengungsian.

TEA pengungsi erupsi Gunung Merapi di Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupten Magelang disusun bilik atau sekat untuk mencegah penyebaran Covid-19, Jumat (6/22/2020).(KOMPAS.COM/IKA FITRIANA)
TEA pengungsi erupsi Gunung Merapi di Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupten Magelang disusun bilik atau sekat untuk mencegah penyebaran Covid-19, Jumat (6/22/2020).(KOMPAS.COM/IKA FITRIANA)
Berdasarkan pengalaman menjadi bagian dari tim relawan Bencana Letusan Merapi 2010, saya membuat daftar 10 barang yang paling diperlukan pengungsi letusan Gunung Merapi. Daftar ini telah memperhitungkan sifat kebencanaan letusan Merapi dan tanggapan khas warga sekitar, yang ditandai antara lain dengan potensi adanya abu vulkanik dan solidaritas unik warga Jogja.

Penting dicatat, kebutuhan barang ini mengandaikan skenario terburuk, yaitu letusan disertai hujan abu vulkanik. Tambah lagi, pandemi Covid-19 masih terjadi.

Sekadar kilas balik, pada Selasa (3/3/2020) pernah terjadi hujan abu di beberapa wilayah Boyolali akibat erupsi Gunung Merapi pada pukul 05.22 WIB dengan tinggi kolom 6.000 meter. 

Sejumlah pengendara melintas saat terjadi hujan abu di Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (3/3/2020). Hujan abu terjadi di beberapa wilayah Boyolali akibat erupsi Gunung Merapi pada pukul 05.22 WIB dengan tinggi kolom 6.000 meter. ANTARA/ALOYSIUS JAROT NUGROHO
Sejumlah pengendara melintas saat terjadi hujan abu di Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (3/3/2020). Hujan abu terjadi di beberapa wilayah Boyolali akibat erupsi Gunung Merapi pada pukul 05.22 WIB dengan tinggi kolom 6.000 meter. ANTARA/ALOYSIUS JAROT NUGROHO
1. Masker

Salah satu sifat letusan Gunung Merapi adalah potensi adanya produksi abu vulkanik. Letusan akhir Oktober dan awal November 2010 membuktikan betapa dahsyatnya dampak abu vulkanik Gunung Merapi.

Masker menjadi barang yang menurut saya paling diperlukan pengungsi dan juga warga terdampak letusan yang disertai abu vulkanik. Masker bahkan saya nilai lebih penting daripada sembako pada masa awal letusan.

Tanpa masker yang layak, para pengungsi akan terdampak abu vulkanik yang merusak atau setidaknya menganggu saluran pernapasan. Karena itu, demi mengantisipasi, pemerintah dan jaringan relawan harus menyiapkan masker dalam jumlah memadai.

Apalagi jika pandemi ini masih berlanjut, para pengungsi akan menghadapi dua bahaya sekaligus: abu vulkanik dan virus Covid-19. Karena itu sangat mutlak ketersediaan masker.

2. Alas tidur

Para pengungsi umumnya ditampung di gedung atau aula yang luas. Tidur dan duduk di atas lantai yang dingin dapat melemahkan daya tahan tubuh pengungsi. Karena itu alas tidur yang memadai sangat diperlukan. Bisa berupa matras, kasur tipis, tikar, karpet, dan kain tebal. 

3. Selimut dan jaket

Suhu udara ketika letusan disertai abu vulkanik terjadi- bisa menjadi lebih dingin, apalagi ketika langit dipenuhi abu vulkanik Merapi. Cahaya matahari sulit menembus abu vulkanik. Para pengungsi tentu sangat memerlukan selimut, jaket, sarung, sleeping bag, dan sejenisnya yang dapat menjaga badan tetap hangat ketika beristirahat.

4. Air minum siap saji

Tanpa makanan, manusia masih bisa hidup beberapa minggu. Akan tetapi, tanpa minum, hanya beberapa hari saja manusia tak akan bisa bertahan. Abu vulkanik Merapi akan mencemari sumber-sumber air, misalnya sumur warga. 

Karena itu air minum siap saji (biasanya dalam kemasan) sangat vital. Setidaknya untuk hari-hari pertama pascaletusan yang disertai abu vulkanik. 

5. Nasi bungkus dan sembako

Jogja sangat terkenal dengan gerakan nasi bungkus ketika terjadi bencana, baik bencana gempa maupun letusan Gunung Merapi. Para relawan biasanya membuat dapur-dapur umum untuk memasak makanan yang lantas dibagikan dalam bentuk nasi bungkus.

Sembako sebagai bahan baku memasak makanan perlu segera disuplai. Juga bahan pembungkus berupa kertas nasi, plastik, sendok, dan karet gelang sangat perlu disediakan. 

6. Perlengkapan bayi dan pakaian anak

Orang dewasa bisa bertahan dengan baju seadanya selama beberapa hari. Akan tetapi, bayi  dan anak-anak tidak bisa. Mereka adalah kelompok pengungsi paling rentan yang harus segera dibantu dan dicukupi kebutuhannya. Karena itu makanan bayi, balita, dan anak serta pakaian dan perlengkapan untuk mereka (misalnya popok, dot, dan perlak) perlu segera disediakan.

7. Pakaian dan perlengkapan lansia dan wanita

Setelah bayi dan anak-anak, warga lanjut usia (lansia) dan wanita adalah kelompok rentan kedua. Orang lansia memerlukan alat tidur dan pakaian yang biasanya lebih tebal. Sebagian juga memerlukan popok dewasa.

8. Terpal, drum, dan perlengkapan posko pengungsian

Memang benar, biasanya  posko pengungsian yang disiapkan pemerintah sudah memiliki perlengkapan sendiri. Akan tetapi, sering kali kurang memadai atau perlu diganti karena rusak.

Apalagi jika terjadi hujan abu vulkanik, kondisi posko akan cepat kotor dan dipenuhi abu. Karena itu, perlu disediakan terpal, drum air, selang, kompor, tabung gas, termos, lampu darurat, generator listrik, dan aneka perlengkapan posko pengungsian.

9. Pakaian pantas pakai

Sengaja saya tempatkan pakaian pantas pakai di urutan jelang pamungkas. Mengapa? 

Rupanya sebagian donatur "memanfaatkan" bencana untuk membuang segala isi lemari pakaian, tanpa memilah mana yang masih pantas dipakai dan mana yang tidak. Alih-alih membantu, pakaian bekas justru sering membebani relawan dan pengungsi. 

10. Obat-obatan ringan

Lazimnya para pengungsi yang sakit parah atau luka parah akan ditangani rumah sakit. Karena itu, yang diperlukan pengungsi adalah obat-obatan ringan saja. Daftar keperluan obat kurang lebih seperti isi kotak obat di rumah kita. 

Pilih Lembaga Tepercaya

Hati-hati, selalu ada orang jahat yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Salurkan bantuan melalui pribadi, lembaga pemerintah, swasta, dan keagamaan resmi dan tepercaya. 

Kita dapat membantu melalui lembaga negara yang tepercaya. Antara lain, BNPB dan PMI. Juga bisa membantu lewat lembaga swadaya masyarakat yang sudah kita kenal dengan baik rekam jejaknya. Syukur-syukur, ada sahabat atau kerabat kita yang menjadi pengurus lembaga itu. 

Selain itu, melalui lembaga berbasis keagamaan dan atau media massa yang berpengalaman membantu bencana, terorganisasi dengan baik serta sungguh transparan dalam pelaporan distribusi bantuan. 

Wasana Kata

Demikian daftar ini saya buat berdasarkan pengalaman dan pengamatan sewaktu menjadi relawan bencana, tepatnya pascaletusan Merapi 2010.

Semoga bermanfaat. Kita berharap, Merapi tidak meletus dengan dahsyat, apalagi sampai mengeluarkan abu vulkanik dalam jumlah besar. Jika itu terjadi, masyarakat dan pemerintah seharusnya sudah mengantisipasi karena bukan pertama kali Merapi "batuk keras". 

Penulis hanya warga biasa. Mohon masukan untuk perbaikan artikel yang ditulis dengan segala keterbatasan penulis untuk upaya penyadaran sikap waspada bencana ini.

Lampiran: Tangkapan Layar Surat PVMBG

Berikut tangkapan layar surat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi tertanggal 5 November 2020.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun