Mohon tunggu...
Budhi Masthuri
Budhi Masthuri Mohon Tunggu... Seniman - Cucunya Mbah Dollah

Masih Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Youtuber, Relasi Kuasa, dan Nilai tentang Pekerjaan

16 Desember 2020   08:56 Diperbarui: 16 Desember 2020   08:58 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada era digital ini, menjadi Youtuber masuk dalam daftar cita-cita yang ada di benak sebagian anak-anak. Survei yang digelar perusahaan mainan anak Lego misalnya, terhadap 3.000 anak-anak berusia 8-12 tahun di AS, Inggris, dan China menunjukkan terjadinya pergeseran pilihan cita-cita pekerjaan atau profesi mereka ketika dewasa nanti. Hampir sepertiga anak-anak yang disurvei mengaku ingin menjadi Youtuber saat dewasa (Taylor, 2019). Hal yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya, ketika nge-youtube menjadi sebuah profesi pekerjaan yang sangat menjanjikan karena mampu menghasilkan uang dengan jumlah yang besar.

Fenomena pilihan bekerja sebagai Youtuber ini sekaligus menunjukkan adanya hal baru tentang nilai pekerjaan. Pada saat yang sama juga menjelaskan bagaimana terjadinya pola relasi kuasa yang unik dan berbeda dari relasi kuasa dalam pekerjaan pada umumnya, seperti antara buruh dengan pengusaha, pembantu dengan majikan, pegawai dengan institusi publik, dll. Tentu saja menjadi sangat menarik jika diulas lebih lanjut, apalagi belum banyak yang melakukan study tentang Youtuber dengan menggunakan teori tentang relasi kuasa ini.

Beberapa penelitian tentang keberadaan Youtuber memang pernah dilakukan, namun kebanyakannya membahas dari sisi psikologi, ekonomi dan komunikasi. Sebutlah misalnya penelitian yang dilakukan Dini Fitriawati dan Maya Ratnasary tentang eksistensi diri sekelompok Youtuber di Kota Bandung (Fitriawati dan Ratnasary, 2018), Eribka Ruthellia David dkk tentang pengaruh Youtube terhadap sikap Mahasiswa (David dkk, 2017), Husnun Azizah tentang penghasilan dari Youtube ditinjau dengan etika bisnis Islam (Azizah, 2020), dan  Fatty Faiqah dkk tentang Youtube sebagai sarana komunikasi bagi komunitas  (Faiqah dkk, 2016).

Tulisan ini disajikan dengan pendekatan analisis relasi kuasa, menggunakan kerangka teori Michel Foucault. Cukup disadari bahwa ini tidak mudah, tetapi sangat menarik, sebab konsepsi kuasa dalam teori Foucault yang sangat abstrak diharapkan lebih bisa menjelaskan tentang fenomena pekerjaan Youtuber yang relasi kuasanya juga sama abstraknya. Penggunaan teori relasi kuasa Foucault ini diharapkan bisa menjelaskan bagaimana sebuah pengetahuan bekerja mempengaruhi bahkan memaksa dalam sebuah relasi pekerjaan antara seorang Youtuber dengan Youtube dan dengan sesama Youtuber lainnya.  

KONSEP KEKUASAAN DAN NILAI TENTANG PEKERJAAN

Menurut Michel Foucault kekuasaan itu bentuknya abstrak, ia tidak berpusat pada subjek atau lembaga, melainkan tersebar dimana-mana (omni present) dalam setiap relasi sosial, melintasi sekat geografis, dan subjektif. Setiap orang dapat menjadi subjek, tetapi pada saat lainnya juga dapat menjadi objek dari kekuasaan. Fungsinya pun bukan sebagai souverign power, tetapi disciplinary power yang memaksa seseorang melakukan atau tidak melakukan sesuatu bahkan dari alam bawah sadarnya, melalui produksi dan penyampaian pengetahuan yang berulang-ulang (Anggradinata, 2020).

Kekuasaan tidak dapat dipisahkan dengan pengetahuan, karena kekuasaan menghasilkan pengetahuan dan pengetahuan membentuk kekuasaan, demikian teorema yang terkenal dari seorang Foucault (Yani, 2016, hal.9). Pengatahuan yang diproduksi berulang-ulang melembaga menjadi nilai yang dianut dalam periodesasi sosial tertentu, oleh Foucault disebut sebagai episteme. Eksistensi episteme ini selanjutnya dapat dilembagakan menjadi perangkat aturan tertulis yang harus dipedomani dan memiliki daya kuasa untuk memaksa orang mengikutinya.

Episteme juga mempengaruhi keyakinan akan nilai tentang pekerjaan (meaning of work). Selama ini, definisi sosial tentang pekerjaan meliputi tiga aspek tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, kebutuhan akan pengakuan sosial, dan kebutuhan psikologis (Thamrin & Bashir, 2015). Sesorang bekerja dan memilih pekerjaannya untuk memperoleh penghasilan. Tingkatan penghasilan umumnya didasarkan pada kualifikasi keahlian tertentu yang berasal dari level pendidikan dan pengalaman seorang dalam dunia kerja. Adapun pengakuan sosial diperlukan sebagai pembeda status dan previlage di lingkungan sosialnya. Sedangkan kebutuhan psikologi adalah untuk memenuhi eksistensi diri di tengah masyarakat sosial dan lingkungan kerjanya.

Pengetahuan tentang pekerjaan ini diproduksi dan disampaikan terus-menerus sehingga membentuk episteme bahwa bekerja itu akan meningkatkan taraf hidup dan pengakuan sosial, serta kebahagiaan jiwa.  Penelitian etnografi tentang pemaknaan kerja (meaning of work) pada konteks budaya Jawa yang pernah dilakukan oleh Nurani Siti Anshori bahkan menemukan hal menarik bahwa pekerjaan atau bekerja antara lain merupakan identitas personal yang membantu meningkatkan kepercayaan diri seseorang, sehingga ketika Ia melakukan pekerjaan yang bermakna, ini sekaligus meneguhkan identitas, nilai dan martabatnya sebagai manusia (Anshori, 2013). Temuan ini semakin memperkuat episteme tentang pekerjaan yang selama ini diyakini, meliputi nilai dalam aspek ekonomi, pengakuan sosial dan psikologis untuk ketenangan serta kebahagiaan hidup.

 RELASI  KUASA YOUTUBE - YOUTUBER

Menggunakan kacamata teori Foucault, kekuasaan dalam relasi kerja Youtube dan Youtuber bisa ditemukan dalam dua level. Pertama, kekuasaan pada Youtube terbentuk dari pengetahuan mengenai tata cara dan pedoman membuat kanal youtube yang diproduksi dan disiarkan dalam wujud pengumuman-pengumuman. Kedua, pengetahuan yang terus menerus diproduksi dan disiarkan menjadi video tutorial oleh para Youtuber profesional melalui kanal-kanal youtube mereka, tentang bagaimana menjadi seorang Youtuber yang berhasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun