Mohon tunggu...
Belia ZsaZsa
Belia ZsaZsa Mohon Tunggu... Mahasiswa - ordinary people

be urself

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Apa Itu Overthinking?

28 September 2021   19:10 Diperbarui: 28 September 2021   19:13 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Burn (1991) yang merupakan salah satu dari ahli menyatakan bahwa overthinking merupakan kondisi dimana distorsi kognitif pada manusia, khususnya dimana proses berpikir manusia yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. 

Definisi overthinking secara teoritik ternyata  memiliki kesamaan, yaitu suatu keadaan dimana seseorang  yang terlalu banyak menghabiskan waktu untuk berpikir pada sesuatu. Proses berfikir yang tidak dibarengi dengan penyelesaian masalah atau biasa disebut sebagai  problem solving dianggap tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut.

Overthinking nyatanya bisa menjadi kondisi yang berbahaya bagi penderitanya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hal tersebut dapat meningkatkan resiko masalah pada kesehatan mental penderita. 

Apabila kesehatan mentalnya terganggu, kemungkinan untuk overthinking menjadi lebih tinggi sehingga cara untuk menghilangkan overthinking tersebut menjadi lebih sulit. 

Dampak dari overthinking sendiri bermacam -- macam, selain masalah pada kesehatan mental sang penderita berdampak pula dengan menurunnnyanpeforma kerja, menghambat aktivitas sehari-hari, emosi menjadi tidak terkontrol. Selain itu overthinking juga bisa terjadi karena pernah mengalami kasus sosial.

Berikut merupakan beberapa kasus sosial yang  menyebabkan banyak korban  berdampak pada overthinking :

Dikutip dari konflik bersenjata di Sudan Selatan sejak Desember 2013 yang telah mengakibatkan perpindahan lebih dari 2,2juta orang, lebih dari 270.000 di antaranya saat ini berada di pemukiman pengungsi yang terletak di seluruh Uganda. 

Ada literatur menunjukkan bahwa pengungsi berada pada peningkatan risiko untuk berbagai masalah kesehatan mental dan psikososial.

 Data dari HIS menunjukkan bahwa kunjungan ke puskesmas di pemukiman pengungsi disebabkan oleh psikotik gangguan, gangguan emosional yang parah, dan keluhan psikologis lainnya meningkat setelah masuknya pengungsi antara tahun 2013 dan 2014, tetapi pencarian bantuan secara keseluruhan dari pusat kesehatan rendah dibandingkan dengan perkiraan dari studi epidemiologi. Dalam wawancara semi-terstruktur tiga peringkat tertinggi kesehatan mental dan psikososial masalah termasuk " Overthinking "

Selain itu berdasarkan penelitian pada  studi tentang stres dan kesejahteraan pada mahasiswa kedokteran  terdapat  65,2% siswa mendapat nilai lebih diterima norma untuk Skala Stres yang Dirasakan (34,8% rendah, 55,9% sedang dan tinggi 9,3%). 35% mendapat nilai rendah, 28,7% sedang dan 36,3% tinggi pada Stres Subyektif Skala. 

Analisis tematik mengidentifikasi kekhawatiran tentang ujian,hubungan, kepedulian tentang masa depan, keseimbangan kehidupan kerja dan keuangan; satu dari tiga siswa melaporkan khawatir,lekas marah dan permusuhan; banyak yang merasa lelah. Kognitif dampak termasuk overthinking, konsentrasi yang buruk, rasa kegagalan, keputusasaan dan penundaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun