Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Penulis

Menjadi penulis adalah menjadi saksi: terhadap diri sendiri, terhadap orang lain, dan terhadap sejarah yang terus bergerak.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Teh Fanning Cap Cangkir: Aroma Masa Kecil yang Tak Pernah Luntur

10 Oktober 2025   11:46 Diperbarui: 11 Oktober 2025   06:17 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teh Fanning Cap Cangkir bukan sekadar minuman—ia adalah warisan rasa, nostalgia, dan kehangatan keluarga yang melekat sejak masa kecil.

Minum teh menjadi sebuah kebiasaan di rumahku. Hampir setiap pagi, sore atau malam, teh selalu tersaji. Sekitar tahun 1980-an, aku ingat betul ibu suka menggunakan teh cap "Cangkir". Seingatku teh ini sudah dipakai di rumahku sejak aku masih kecil. Di warung ibu juga menjual teh ini, sehingga banyak tetangga juga memakai teh ini sehari-hari.

Di antara deretan merek teh yang beredar di pasaran, Teh Fanning Cap Cangkir memiliki tempat istimewa di hati banyak keluarga Indonesia. 

Bukan karena kemasan mewah atau iklan bombastis, melainkan karena kenangan yang melekat di setiap seduhan. Biasanya, Ibu membuatnya dengan menggunakan saringan teh kecil, lalu menuangkan air panas di atasnya. 

Aroma harum dari teh alami pun menyeruak, menggoda untuk segera diminum. Teh ini adalah simbol kehangatan rumah, obrolan sore di teras, dan suguhan wajib saat tamu datang berkunjung.

Apa itu Teh Fanning?

Teh fanning adalah jenis teh yang berasal dari pecahan daun teh berukuran kecil, hasil dari proses penyaringan teh berkualitas tinggi. Meski ukurannya mungil, teh fanning dikenal memiliki rasa yang kuat dan warna yang pekat, menjadikannya pilihan ideal untuk teh celup atau seduhan cepat.

Cap Cangkir, sebagai merek lokal, menghadirkan teh fanning dengan karakter khas: aroma tajam, rasa mantap, dan harga bersahabat. 

Minuman Keluarga Sejak Kecil 

Bagi banyak orang, teh Cap Cangkir adalah bagian dari rutinitas harian. Di pagi hari, ibu menyeduhkan sambil menyiapkan sarapan. Di sore hari, ayah menikmatinya dengan pisang goreng hangat atau singkong rebus. 

Anak-anak pun mengenal teh sejak dini—entah sebagai campuran susu teh, atau sekadar mencicipi dari cangkir orang tua. Teh ini bukan hanya minuman, tapi pengikat momen kebersamaan. Rasanya yang familiar membuat siapa pun merasa "pulang", meski sedang jauh dari rumah.

Saat membuka kemasan teh Cap Cangkir, ada satu hal yang kutunggu-tunggu, yaitu membuka gulungan kupon yang ada di dalam kemasan. 

Sejak dulu di dalam kemasan teh ini selalu terdapat sebuah kupon yang bertuliskan "kupon berhadiah" atau "kupon tidak berhadiah". Dulu ibu sempat beberapa kali mendapatkan kupon berhadiah dan nama barang yang akan di dapatkan juga tertera di kupon itu. 

Ibu pernah mendapatkan payung, kaos, tas belanja, serta hadiah lainnya yang bergambar teh fanning cap "Cangkir". Ibu sangat bangga menerima hadiah dari kupon yang terdapat di dalam kemasan.

Kupon berhadiah itu ditukar di pusat grosir yang ada di kota Samarinda oleh Ayah, bersama aku yang ikut mengendarai sepeda motor. Kini keduanya, telah tiada—tapi bila meminum teh cap "Cangkir" ingatan itu tak pernah luntur.

Filosofi di Balik Cangkir

Logo Cap Cangkir bukan sekadar gambar. Ia mempresentasikan kesederhanaan dan keintiman. Cangkir adalah wadah yang menyatukan—tak peduli status sosial, usia, atau latar belakang. Di dalam cangkir teh, semua orang setara: berbagi cerita, tawa, dan kadang air mata. 

Dalam budaya Jawa dan Melayu, menyuguhkan teh adalah bentuk penghormatan. Maka tak heran jika teh Cap Cangkir menjadi pilihan utama di banyak rumah tradisional. 

Suguhan teh manis dalam cangkir keramik bermotif bunga atau gambar ayam jago yang sangat terkenal dari zaman dulu.

Mengapa Membuat Penasaran?

Berbagai jenis merek teh dan kopi yang terpajang di rak toko salah satu mini market —Source: RIDUANNOR/Istimewa
Berbagai jenis merek teh dan kopi yang terpajang di rak toko salah satu mini market —Source: RIDUANNOR/Istimewa

Meski bukan merek premium, Teh Fanning Cap Cangkir menyimpan daya tarik yang membuat orang ingin tahu lebih dalam:

  • Kenapa rasanya tetap konsisten sejak dulu?
  • Siapa di balik produk teh ini?
  • Bagaimana teh ini bertahan di tengah gempuran merek modern?

Pertanyaan-pertanyaan ini muncul karena keaslian dan kesederhanaan teh Cap Cangkir justru menjadi kekuatannya. Ia tidak berubah mengikuti tren, tapi tetap setia pada rasa dan aroma yang dikenang sejak kecil.

Teh dan Perjalanan Budaya

Suasana sore hari saat hujan sambil minum teh di teras rumah—Source: Pinterest Indonesia
Suasana sore hari saat hujan sambil minum teh di teras rumah—Source: Pinterest Indonesia

Teh bukan hanya minuman, tapi juga penanda sejarah dan budaya. Dari Kaisar Shen Nong di Tiongkok hingga tradisi afternoon tea di Inggris, teh telah melintasi benua dan zaman. 

Di Indonesia, teh menjadi bagian identitas kuliner dan sosial. Teh Cap Cangkir adalah versi lokal dari perjalanan panjang itu—teh rakyat yang membumi namun bermakna.

Di akhir tulisan ini, Teh Fanning Cap Cangkir adalah lebih dari sekadar seduhan. Ia adalah kenangan, filosofi, dan budaya yang hidup dalam setiap cangkir.

Bagi yang belum pernah mencicipinya, rasa penasaran akan muncul dari cerita-cerita hangat yang mengiringinya. Dan bagi yang sudah akrab, teh ini adalah pelipur rindu akan masa kecil yang sederhana namun penuh cinta.

Kalau kamu belum pernah mencoba, mungkin sudah waktunya menyeduh satu cangkir dan merasakan sendiri keajaibannya. Apa teh yang sahabat pembaca kompasianer gunakan di rumah? (*)

Penulis: Riduannor
Samarinda, 10 Oktober 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun