Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Swedia: Negeri di Mana Guru Dimuliakan dan Parlemen Tak Hidup Mewah

11 September 2025   07:04 Diperbarui: 11 September 2025   18:29 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Pemandangan udara lingkungan pinggiran kota di Swedia | Source: Pavel Danilyuk—Pexels.com

Anggota parlemen Swedia juga tinggal di apartemen kecil, mencuci sendiri di binantu umum. Kantor mereka hanya seluas 8 meter persegi, tanpa sekretaris pribadi. Tidak ada imunitas hukum khusus—mereka bisa diadili seperti warga biasa. 

Salah satu anggota parlemen, Per-Arne Hakansson, pernah berkata,"Kami ini tak berbeda dengan warga kebanyakan. Tugas utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan."

Gambar: Ruang kantor anggota Parlemen Swedia yang sederhana (Source: Instagram Faktaindo—Dokumentasi BBC)
Gambar: Ruang kantor anggota Parlemen Swedia yang sederhana (Source: Instagram Faktaindo—Dokumentasi BBC)

Seorang wakil rakyat Swedia yang menolak kemewahan—Rene Poedtke, setiap pagi, anggota parlemen ini berjalan kaki menunju halte bus di sudut Stockholm. Tak ada mobil dinas yang menunggu di depan apartemennya. Tak ada sopir pribadi yang membuka pintu. Ia berdiri di antara warga biasa, mengenakan mantel musim dingin dan membawa tas kerja sederhana.

Bus datang. Rene naik, duduk di kursi kosong, membuka tablet, dan mulai membaca dokumen sidang hari itu. Di dalam kendaraan itu, tak ada yang memandangnya sebagai pejabar tinggi. Ia adalah bagian dari masyarakat yang diwakilinya—tanpa jarak, tanpa privilese.

Setelah sidang selesai, ia kembali pulang dengan kereta. Di stasiun, ia menyapa seorang ibu yang mengenalinya dari berita. Mereka berbicang sebentar, lalu berpisah. Di rumah, Rene mencuci pakaiannya sendiri di binatu umum, seperti warga lainnya.

Ketika ditanya mengapa tidak menggunakan mobil dinas, ia menjawab dengan tenang, "Kami bukan perusahaan taksi. Tugas kami adalah mewakili rakyat, bukan hidup di atas mereka."

Gaya hidup Rene bukan sekedar pilihan pribadi, tapi cerminan filosofi politik swedia: bahwa kekuasaan bukan alasan untuk hidup mewah. Bahkan, anggota parlemen yang berani menggunakan taksi dengan dana publik bisa jadi sorotan media.

**

Filosofi Kesetaraan

Gambar: Anggota Parlemen Swedia harus antre membeli secangkir kopi dan harus membayar sendiri (Source: IG Faktaindo—Dokumentasi BBC)
Gambar: Anggota Parlemen Swedia harus antre membeli secangkir kopi dan harus membayar sendiri (Source: IG Faktaindo—Dokumentasi BBC)

Swedia mengajarkan bahwa jabatan bukanlah tiket menuju kemewahan, melainkan amanah untuk melayani. Guru dihormati karena mereka membentuk masa depan. Parlemen dihargai karena menjaga kepercayaan rakyat. Tapi tak satu pun dari mereka hidup berlebihan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun