Samarinda, di bulan April 1998, saat musim Kemarau.
Para Master Tokek, alias pemburu tokek kelas wahid, akan berkumpul minggu ini dirumah Pak Imam. Para penguping, alias pencari tokek amatiran, sudah mengetahui kabar ini.Â
"Mas Giman, sampeyan diundang enggak, pertemuan bos tokek?."
"Saya malah belum tahu sama sekali Paklik." Ujar Giman sambil menghisap rokok kreteknya. Dan menghembuskannya, membuat asapnya kemana-mana.
Keduanya, merupakan anak buah Pak Imam. Pak Imam merupakan koordinator lapangan pencari tokek bersama mas Rebo. Mereka berdua merupakan orang kepercayaan dari Pak Alek. Pak Alek sendiri, merupakan perantara pembeli tangan kedua.
Diatas Pak Alek, adalagi perantara pertama, yang bisa berkomunikasi langsung dengan bos besar. Bos besar inilah pembeli yang akan datang membayarkan uang ke pemilik tokek.
***
Pembeli, yang digelari bos besar tokek, akan datang membawakan uang pembayaran. Apabila, kedua penguji yang diutus mengukur panjang, berat tokek sudah layak untuk dibeli.Â
Rumitnya, sistem pembelian tokek ini, tak menyurutkan para pemburu dikelas lapangan untuk mencarinya. Mereka tetap berburu kemana saja, bila ada informasi tokek yang siap dijual dan dibeli.Â
"Siapa yang akan mereka datangi, dan beli tokeknya?."Â