Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Politik Tertawa, Caleg Uhuy dan Hari Komedi

24 Februari 2024   08:39 Diperbarui: 24 Februari 2024   18:10 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto komedian Komeng di surat suara DPD Jawa barat (Sumber: KOMPAS.com)

Tertawalah, sebelum tertawa itu dilarang! Slogan ini pertama kali diciptakan oleh group pelawak legendaris, Warkop DKI. Saat itu di tahun 1970-an, situasi politik membuat orang sulit tertawa. Kok bisa?.

Politik tertawa atau mentertawakan politik merupakan hal yang berbahaya di era Orde baru. Tidak sembarangan pelawak bisa mengeluarkan humor-humor yang mengandung kritik.

Sehingga slogan ini kemudian menjadi populer dan melegenda sebagai simbol kebebasan pelawak berekspresi melalui banyolan-banyolan di sebuah komedi.

***

Sebutlah Alfiansyah Bustami alias Komeng, seorang Komedian yang maju melalui jalur Caleg dari DPD RI Jawa barat. Ia meraup suara dengan jumlah yang luar biasa pada Pemilu 2024. Pencalonannya menjadi anggota DPD RI bahkan tidak dikenal, karena tidak pernah berkoar-koar dan beraliansi dengan Partai manapun.

Berdasarkan data KPU RI, komedian Komeng memperoleh suara mencapai 2.030.258 suara atau 12,04 persen dari total suara yang ada di Jawa Barat. Berapa suara sebenarnya untuk menduduki satu kursi perwakilan DPD RI pada Pemilu 2024?.

Berdasarkan Keputusan KPU Nomor 478 tahun 2022, syarat minimal memperoleh suara adalah 1.000 di setiap provinsi. Dan syarat itu bisa berubah dan berbeda-beda bergantung dengan jumlah penduduk dan alokasi kursi di masing-masing provinsi.

***

Politik Tertawa

Tangkapan layar slogan trio warkop DKI
Tangkapan layar slogan trio warkop DKI "Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang" (Sumber : Instagram casoulague.id)
Ketika seseorang melontarkan guyonan berupa humor-humor yang mengandung kritik kemudian diintimidasi, ditekan, dilarang bahkan ditangkap menjadikan tertawa sebagai bagian Politik?

Misalkan pelawak legendaris, Jojon salah satu anggota Srimulat yang terkenal di era tahun 70-an dan 80-an, di sebuah tayangan televisi pemerintah zaman tersebut mengkritik kebijakan ekonomi Soeharto. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun