Alur ceritanya yang penuh kesedihan. Membuat para Kepala Sekolah terbawa suasana hati Tegar. Tak terasa air mata, mengalir pelan. Mungkin terlalu menghayati. Atau film Tegar, alur ceritanya epic.
Hingga Tegar berjuang sendiri, saat hari pertamanya masuk sekolah. Kakeknya meninggal dunia dalam tidur. Dan membuat Tegar batal turun kesekolah.Â
Film Tegar, memang banyak sarat pesan moral. Seorang anak difabel, dengan keterbatasannya tidak membuat dirinya terbatas. Justru keterbatasan membuatnya berprestasi, mempunyai kemampuan diatas rata-rata anak normal. Pintar melukis, dan mengatasi kesulitan dirinya, ditengah hidup sendiri dirumah mewah ditengah hutan.
Terlihat Ibu Guru disampingku, juga larut dengan jalan cerita Film  Tegar. Sesekali aku mencuri pandang. Matanya berkaca-kaca, dan ada bulir bening  disudut matanya.Â
Ah, aku juga menyeka air mata di sela sudut mataku. Mungkin dibelakang sana atau didepan, para Kepala Sekolah juga larut dalam kesedihan Tegar. Tak terasa air mata ikut mewarnai sepanjang film ini diputar. " Ibu menangis? " Â Sapaku dengan Ibu guru yang duduk disamping.Â
"Bapak juga?". Balasnya dengan tersenyum. Ehh..film Tegar, menguras air mata Kepala Sekolah. Guru juga. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H