Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Suka Duka Mengajar di SD Inpres Daerah Transmigrasi

1 Oktober 2022   07:46 Diperbarui: 1 Oktober 2022   08:55 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi SD Inpres (KOMPAS/BONY ARIYANTO NUGROHO)

Saat penulis masuk di sana, terdapat petugas transmigrasi dan ka.UPT, Penyuluh lapangan keluarga berencana (PLKB), babinsa, mantri dan seorang bidan desa. 

Penulis datang bersama beberapa guru lainnya, yang terdiri dari 3 orang guru kelas dan 1 orang guru agama islam.

Ruang kelas SD Inpres hanya terdiri atas 3 ruang kelas, dan satu ruang kantor juga di skat untuk membuat sebuah kelas.

SD Inpres terlihat satu-satunya bangunan beton yang berdiri megah. Bangunan tersebut masih terlihat baru. Murid yang bersekolah di SD Inpres ini tidak banyak. Hanya mencapai sekitar 25 orang. Dan per kelasnya hanya mencapai 5-6 orang saja dari kelas 1-6.

Yang namanya daerah transmigrasi, tidak hanya terdiri atas satu suku. Tapi terdiri dari multi etnis. Di daerah transmigrasi penulis bertugas ada suku sunda, lombok, timor, dan dari suku jawa.

Dengan berbagai latar belakang budaya ini, memang terkadang terjadi gesekan, namun bisa di selesaikan oleh para tetua atau tokoh adat dan kepala suku di masing-masing suku.

Mengajar di daerah transmigrasi, yang penulis hadapi adalah dari segi komunikasi. Karena kebanyakan anak, masih membawa bahasa daerahnya masing-masing. 

Selain itu masih minimnya seragam sekolah, sehingga anak-anak bersekolah kebanyakan memakai baju seragam merah putih yang sudah kumal. dan mengenakan sendal jepit. Memang anak-anak di daerah transmigrasi tidak dituntut macam-macam, yang penting ada kemauan bersekolah.

Alam yang gersang dan berbatu

Kebetulan daerah transmigrasi tempat saya bertugas, selain dikeliling hutan, daerah berbatu. Ada satu anak sungai satu-satunya yang berada di daerah tersebut, yang menjadi sumber kebutuhan warga masyarakat untuk mandi, cuci dan kakus. 

Tinggal di daerah transmigrasi, jangan berharap semua kebutuhan terpenuhi, ada fasilitas air bersih, lampu penerangan dan listrik yang tersedia 24 jam. 

Bila musim kemarau datang, anak sungai tersebut airnya kering. Sehingga semua warga kalang kabut disibukkan untuk mencari air ke desa terdekat yang mempunyai anak sungai yang tidak pernah kering. Perlu waktu sekitar 1-2 Km berjalan kaki untuk mengangkut air. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun