Mohon tunggu...
Gayuh Arya Hardika
Gayuh Arya Hardika Mohon Tunggu... Administrasi - juris

Simple, Humble and Warm | lurah.dargombes@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pesta Rakyat Pelantikan Presiden RI

25 Oktober 2014   20:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:45 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Senin, 20 Oktober 2014, hari pengambilan sumpah Ir. Joko Widodo sebagai Presiden RI menggantikan DR. Susilo Bambang Yudhoyono. Pelantikan Jokowi sebagai Presiden RI bukan saja penegasan bahwa demokrasi Indonesia cukup matang yang ditandai dengan peralihan kekuasaan secara damai dan konstitusional, namun juga penegasan bahwa politik itu seharusnya dilakukan dengan kegembiraan. Sebagaimana dinyatakan Jokowi pada pidato setelah pengambilan nomor urut di KPU.


Sebelumnya, politik dimaknai sebagai hal yang serius cenderung menakutkan; penuh intrik dan seringkali diwarnai intimidasi. Peralihan kekuasaan dijalankan dengan ketegangan dan menimbulkan "permusuhan". Seperti antara Megawati dengan SBY yang hingga kini masih belum mencair. Juga ketika Gus Dur menjelang dilengserkan, muncul Pasukan Berani Mati (pimpinan Gus Nuril) yang bermaksud membela dan mempertahankan Gus Dur sebagai Presiden RI. Bahkan pada saat proses pemilu 2014, terutama pilpres, ketegangan terasa nyata. Sampai-sampai dibilang bahwa rakyat Indonesia terbelah menjadi 2 kubu. Ketika ide untuk mengadakan pesta rakyat penyambutan pelantikan presiden baru mulai disuarakan, banyak suara yang menyarankan agar hal tersebut jangan sampai menyakiti kubu Prabowo. Sebuah saran yang secara tidak langsung didasari pandangan seolah Jokowi nantinya hanya menjadi presiden pendukungnya saja; seolah kebijakan Jokowi sebagai Presiden RI nantinya tidak untuk seluruh rakyat secara umum.


Beruntung, menjelang pengambilan sumpah dan pelantikan sebagai Presiden RI, Jokowi mampu mencairkan kebekuan suasana politik melalui pertemuan dengan mantan capres nomor urut 1 Prabowo Subianto di kediaman Prabowo di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Jokowi sebagai pemenang pilpres dan presiden terpilih, dengan segala kerendahan hati dan jauh dari sikap jumawa, mau datang menemui (mantan) rivalnya di pilpres. Menang tanpa merendahkan. Terlepas dari apakah hal tersebut merupakan bagian dari strategi politik ke depan untuk mengamankan pemerintahannya, namun saya pribadi menilainya hal tersebut juga didasari persepsi bahwa politik adalah kegembiraan. Toh kalaupun pertemuan tersebut dijadikan bagian dari strategi politik untuk mengamankan pemerintahan ke depan, hal tersebut wajar saja karena pemerintahan nantinya adalah pemerintah Republik Indonesia.

Pemilu Presiden adalah untuk memilih pemimpin negara. Siapapun yang terpilih akan menjadi Presiden Republik Indonesia. Bukan hanya presiden untuk para pemilihnya, tapi presiden untuk seluruh rakyat Indonesia. Maka pesta rakyat yang diadakan untuk penyambutan pelantikan Jokowi sebagai Presiden RI pada dasarnya adalah pesta rakyat Indonesia.

Mengapa pesta? Pesta identik dengan kegembiraan. Suatu keadaan atau situasi yang beku biasanya bisa dicairkan dalam suasana gembira. Ya, pesta rakyat bukan sekedar untuk menyambut Presiden RI yang baru, tetapi untuk kembali menyatukan rakyat yang sempat terpolarisasi dan terfragmentasi menjadi 2 kubu utama. Pesta rakyat untuk membangun kesadaran awal bahwa Presiden RI adalah presiden untuk seluruh rakyat Indonesia. Untungnya proses untuk membangun kesadaran tersebut dilengkapi kehadiran Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dalam SU MPR yang mengambil sumpah jabatan Ir. Joko Widodo sebagai Presiden RI dan H.M. Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 2014-2019.

Pesta rakyat dan kirab budaya yang diadakan untuk menyambut pelantikan Jokowi sebagai Presiden RI sekaligus untuk menegaskan bahwa politik itu seharusnya dilakukan dengan penuh kegembiraan. Bahkan lebih dari itu, pesta rakyat di hari pelantikan Presiden RI juga untuk memupuk dan menumbuhkembangkan rasa kebangsaan dan rasa nasionalisme.

Pesta rakyat sekaligus untuk menunjukkan kepada dunia bahwa rakyat Indonesia telah dewasa dalam berpolitik dan berdemokrasi, dengan penuh rasa kegembiraan optimis bahwa masa depan akan lebih baik. Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun