Mohon tunggu...
Biyanca Kenlim
Biyanca Kenlim Mohon Tunggu... Pekerja Mıgran Indonesia - Yo mung ngene iki

No matter how small it is, always wants to be useful to others. Simple woman but like no others. Wanita rumahan, tidak berpendidikan, hanya belajar dari teman, alam dan kebaikan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Andai Penguasa dan Polisi seperti di Hong Kong

6 Januari 2016   13:46 Diperbarui: 12 Januari 2016   12:32 2123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber foto:www.alamy.com"][/captionMELANGGAR .

Pagi tadi sekitar pukul 9 lebih beberapa menit, di perempatan lampu merah jalan perbatasan antara Saiwanho dan Shaukewan, dua polisi tampak menggelandang seorang mbak BMI (Buruh Migran Indonesia) sebut saja Ani, yang kedapatan menyeberang jalan ketika lampu masih berwarna hijau untuk para pengendara.

 Ani tampak gugup dan pucat ketika polisi menyuruhnya minggir untuk keperluan interogasi selanjutnya. Tangan kiri menggandeng bocah kecil seumur kira-kira 5-6 tahun, di punggungnya tersampir tas yang tampak berbobot, tangan kanannya memainkan tisu sesekali untuk mengusap keringat dingin yang membasahi keningnya, hatinya tak tenang, panik.

Satu polisi sepertinya sibuk menelepon sang majikan Ani. Polisi lainnya mengeluarkan kertas, pulpen dan meminta Hong Kong ID card, si Ani beralasan bahwa dia terburu-buru untuk mengantar 'amui' ke sekolah karena sudah telat. Tak berselang lama, Ani  dan anak asuhnya dipersilakan melanjutkan aktivitas setelah diberi sedikit pengarahan, agar menaati peraturan lalu lintas Hong kong.

Tempo hari masih di Saiwanho dekat area taman gede, seorang anak tomboy (sebut TB) pun kena razia polisi. Entah tidak tahu atau memang sengaja, dia merokok di tempat yang tidak seharusnya. Padahal, beberapa meter di belakangnya ada sudut ruang yang tertempel tulisan "smoking area". Parahnya setelah plempas-plempus merokok di tempat terlarang tersebut, si TB masih meninggalkan puntung rokok beserta bungkus permen juga kotak minuman kosong. 'cenhai daikofen'! (sungguh keterlaluan)

Polisi segera menghampiri ketika si TB baru jalan beberapa langkah. Tampak kaget awalnya, seperti biasa, polisi segera mengeluarkan pulpen, kertas, meminta Hong Kong Id card, dan menginterograsi si TB dengan singkat padat dan sopan tentunya selagi yang bersalah juga berlaku sopan.

Selembar kertas diberikan kepada si TB, terbaca jelas olehnya "denda hk$1500,."! Naah, lohh.. Bengoong! Seribu maratus meen... hampir separo gaji. Klo di rupiahin dengan kurs yang lagi agak melangit tempo hari, sekitar dua juta setengah di tempat yang sudah ditentukan, di bank atau melalui kantor pos kontan gak pake nyicil!

Dari dua contoh kasus di atas, apa yang bisa dijadikan untuk pembelajaran kawan? Terutama para kawan BMI. Masih maklum jika di Hong Kong baru satu dua bulan, butuh adaptasi, tapi seharusnya belajar dan cerdas memahami tata cara dan patuhi aturan yang ada, toh jika tidak tahu detil, pesan dan peringatan tertempel di setiap tempat agar seluruh warga tanpa terkecuali mampu menaatinya jika ingin disiplin dan terhindar dari denda ribuan dolar. 

Menyeberanglah saat di mana lampu hijau menyala untuk penyeberang. Menyeberanglah pada tempat yang sudah ditentukan. Biasanya jika kondisi jalan terlalu lebar dan ramai kendaraan, disediakan jembatan penyeberangan, gunakan itu. Tak ada alasan terburu-buru mengejar waktu. Sesama pengguna jalan, semua mempunyai hak yang sama. Jangan sekali-kali nyelonong ketika polisi tak terlihat, karena kamera ada di mana-mana. Merokoklah pada tempat yang sudah disediakan. Matikan api sebelum membuang puntung rokok. Dan buanglah sampah pada tempatnya. Tingkahmu mencerminkan negara asalmu, maka jaga itu!

Terbiasa semrawut, buang sampah sembarangan, menggampangkan masalah, mementingkan diri sendiri itu hanya terjadi jika kamu tidak mau berubah dari kebiasaan lamamu, . Ini Hong Kong kawaan... jika kau bersalah tidak bisa terselesaikan hanya dengan kerlingan genit kedipan matamu, atau tebalnya amplop sogokan, tak kan berlaku di sini.

Memang susah mengubah perilaku kebiasaan yang sudah berjalan bertahun-tahun bahkan puluhan tahun dengan keadaan yang semrawut, pengatur dan yang diatur berpotensi saling melanggar peraturan, tergantung seberapa kuat kekuasaan dan besarnya sogokan, di semua bidang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun