Mohon tunggu...
Yosef M.P Biweng
Yosef M.P Biweng Mohon Tunggu... Guru - Guru pedalaman

Musafir sebagai guru di pedalaman Papua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Catatan Harian dari Seorang Pendidik di Pedalaman

24 September 2023   12:48 Diperbarui: 28 September 2023   16:10 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan Harian Sebagai Pendidik di Pedalaman Awyu Kabupaten Asmat

(Yosef MP Biweng)

Berbicara soal pendidikan, tidak semudah membalik telapak tangan. Apalagi yang berkaitan dengan pendidikan formal di pedalaman atau kampung yang terpencil. Setiap daerah memiliki cara pandang yang berbeda tentang pendidikan. Demikian pula di Asmat, khususnya daerah pedalaman Awyu yang meliputi enam kampung besar, yakni Suagai, Yerfun, Yogamane, Wagi, Yefu, dan Sagare. Keenam kampung tersebut didiami oleh suku bangsa Awyu.

Pandangan pendidikan untuk orang di pedalaman akan sangat berbeda dengan cara pandang orang di kota. Di pedalaman, ada orangtua yang menganggap pendidikan itu penting. Akan tetapi, ada juga orangtua yang merasa pendidikan itu hanya sebagai formal saja bagi masa depan anaknya. Yang dimaksud dengan kata formal menurut orangtua di pedalaman adalah anak itu mau sekolah atau tidak sekolah itu urusan anak. Kata kuncinya adalah terserah anak itu saja.

Terlepas dari pandangan orangtua, kita tahu bersama bahwa tugas dan fungsi pendidik adalah mendidik dan mengajar. Setiap pendidik memiliki cara dan gayanya untuk mendidik dan mengajari peserta didiknya. Keberhasilan peserta didik amat dipengaruhi oleh pendidik. Tidak semua pendidik peduli terhadap pendidikan. 

Ada yang menjadi pendidik sekadar mendapat gaji, anak didik mau pintar atau tidak, tidak terlalu penting. Yang penting adalah tiap bulan terima gaji. Ada juga yang hanya memanfaatkan anak-anak murid demi pembekakan pada uang BOS. Ya, amat miris, tetapi itu yang terjadi. 

Namun, ada pendidik juga yang peduli terhadap pendidikan. Pendidik yang peduli terhadap pendidikan akan terlihat berbeda dengan pendidik yang tidak peduli terhadap pendidikan. Semua kembali kepada motivasi pendidik.

Seorang guru yang bekerja di pedalaman Asmat harus siap mental dan siap batin karena akan dihadapkan dengan pelbagai sorotan yang kadang menyakitkan, menjengkelkan, mungkin juga bisa dijadikan sebagai motivasi yang harus kita diterima dengan lapang dada. Misalnya, ketika kami terlambat naik ke tempat tugas, entah karena urusan kedinasan, urusan keluarga yang tidak bisa kita tinggalkan, armada/hubungan yang susah, atau cuaca yang ekstrem, kami pasti akan dikomentari masyarakat, dinas, atau mungkin juga dari pimpinan, "Kenapa belum naik? Sekolah sudah buka, tapi guru belum lengkap? Kapan naik ke tempat tugas? Nanti gaji  atau TPP ditahan. 

Belum lagi dapat pertanyaan lagi  dari masyarakat, "Kenapa guru-guru tidak betah tinggal di tempat tugas?" Pertanyaan mendasar adalah di mana rasa kemanusiaan terhadap kami yang bertugas di pedalaman? Cobalah berikan kebijakan sesuai konteks medan di mana kami bekerja atau bertugas. Pertanyaan lain yang sangat mendasar adalah, "Siapa yang suruh menjadi guru? Susah-senang urus sendiri." Terlepas dari keluh-kesah di atas, inilah pengalaman sederhana yang ingin saya tuangkan dalam bentuk cerita dari pedalaman Awyu tempat saya bertugas. 

Ketika itu, liburan lebaran telah berakhir. Sekolah mulai aktif lagi tanggal 26 April 2023, tetapi hanya tiga siswa yang datang dari sekian puluhan siswa. Para guru hanya meminta ketiga siswa tersebut membersihkan ruang kelas. Setelah itu, beberapa penyampaian untuk mengingatkan teman-teman siswa yang lain bahwa sekolah sudah aktif seperti biasa. Hari kedua, 27 April 2023, siswa yang hadir telah bertambah menjadi 9 orang siswa. Pada 28 April 2023, jumlah siswa yang hadir menjadi 17 siswa. Artinya, ada kesadaran tentang pentingnya pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun