Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Lampu Hijau Bisnis Indonesia Mesir

1 April 2012   20:08 Diperbarui: 27 Agustus 2019   18:33 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stand Indonesia di Cairo International Fair (Foto : Rinny Ermiyanti)

Menarik nich! Kali ini saya akan bicara tentang bisnis, mumpung CIF (Cairo International Fair) baru lewat dan masih anget-angetnya. Catatan ini adalah rangkuman dari apa yang saya ketahui sejak CIF dibuka pada 18 Maret lalu dan ditutup pada 30 Maret kemarin. Namun, gregetnya masih terasa. 

Semoga bermanfaat ya dan pasar Indonesia ke Mesir makin luas dan suatu saat Indonesia bisa menjadi leader untuk urusan ekonomi. Semoga. Beberapa kali saya dan dua pengurus KPMI (Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia) yang datang langsung dari Jakarta sebagai perwakilan teman-teman perusahaan peserta CIF mengobrol masalah peran Indonesia di Mesir untuk ekonomi. 

Jujur saja, ini sepengetahuan saya loh ya, bisa benar, bisa tidak, kan saya bukan ahli ekonomi, juga bukan lulusan ekonomi, cuma suka hal yang ekonomis saja. Ternyata kita masih kalah dengan negara tetangga. Dengan adanya CIF dan Bapak Dubes baru, ini kesempatan untuk berbenah menjadi lebih baik. 

Masih ada waktu dan banyak waktu. Bahkan, saat saya nimbrung ngobrol bersama salah satu atase perdagangan di KBRI Cairo, Bapak Syamsu Alam, beliau sedikit membuka kartu, bahwa Pak Dubes sekarang lebih open dan welcome untuk urusan ekonomi. Momentnya pas, Mesir lagi butuh banyak tangan untuk mengangkat ekonomi mereka, masak sih kita yang sama-sama dari negeri yang berpenduduk muslim, gak mau bantu lebih banyak. 

Sejak acara CIF, KPMI dua kali diundang untuk menghadiri acara internasional di AEBA (Asean-Egypt Business Asociation) dan Egyptian Business Development Association (EBDA). Menariknya saat di EBDA, Indonesia adalah satu-satunya perwakilan dari Asia tenggara, untuk Asia, ada China yang hadir. 

Ditambah lagi, denger-denger, basic Pak Dubes yang sekarang adalah dari latar belakang businesman. Cocok udah. Tinggal action lebih cepat. Saat krisis seperti ini, pesaing semakin sedikit dan pasar sangat luas. Yakin, Indonesia pasti bisa berperan lebih dan bisa fokus demi kemajuan kerja sama dagang antar dua negara. Jika bareng-bareng saling mendukung, apa sih yang gak mungkin. 

Piramida aja bisa dibangun. Hehe. Bicara ekonomi memang selalu menarik. Diakui ataupun tidak, sektor ini adalah nomor satu. Ya, kalo kita udah mapan ekonominya, mau ngapain aja bisa. Bisa jadi suatu saat nanti, malah kita yang ngasih beasiswa ke seluruh mahasiswa Indonesia yang belajar di Al-Azhar, bukan dikasih terus beasiswa ama Al-Azhar, sekali-kali coba mindset kita balik menjadi tangan diatas. 

Lagi-lagi, ini urusan ekonomi. Nah, disinilah saya membaca lampu hijau telah dibuka. Tinggal kitanya yang mau serius untuk ikut berperan atau tidak. Pak Agus, salah satu pimpinan pusat di KPMI memberikan komentar ketika mendapatkan kabar bahwa Pak Dubes sekarang open untuk mempermudah eksport produk Indonesia ke Mesir, "Ya, yang penting kita dibantu, proses eksport dipermudah, surat-surat izin juga dipermudah, kalo perlu KBRI berperan aktif untuk melobi pemerintah Mesir agar produk-produk Indonesia mudah masuk ke Mesir, jadi bukan hanya open aja". 

Saya sendiri, memiliki pengalaman, karena sering bersinggungan dengan teman-teman pebisnis eksport import, ada dari mereka yang mengeluhkan, "selama ini kalo kita ingin mengimport barang dari Indonesia, salah satu kendalanya adalah, rata-rata perusahaan mereka sudah memiliki Agen di Dubai, jadi kita gak bisa ngambil langsung ke Indonesia dan harus ngambil dari Dubai, ya, jadinya harga lebih mahal, karena dari tangan kedua. 

Sementara barang dari Thailad dan China, langsung dari negaranya, tanpa agen". Nah, ini yang perlu digaris bawahi oleh pemangku kepentingan pemerintah Indonesia yang ada di Mesir. Saat menggebu-nggebu untuk menggolkan peran Indonesia dalam sektor ekonomi di Mesir, tentunya mesti bertanggung jawab juga dengan konsekuensinya. 

Kendala-kendala selama ini mesti dipelajari dan dicarikan solusi terbaik. Coba kita tengok, produk-produk apa saja sih yang sudah beredar di Mesir. Bisa dikatakan semuanya ada itu di Indonesia. Tapi kenapa, produk-produk itu ketika kita lihat di pasar-pasar, di mall-mall, ternyata : made In Thailand, Made in China, Made in Malaysia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun