Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kontribusi Awardee

19 Oktober 2020   15:52 Diperbarui: 19 Oktober 2020   15:58 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tari Saman dari Aceh sebelum Prof. Ainun Naim (Foto : Tim PK 144)

Jari yang saya basahi dengan air yang ada di tumbler sudah tidak mempan untuk menahan kantuk yang saya rasakan. Berwudlu menjadi satu-satunya jalan keluar. Saya memutuskan untuk izin sebentar. Pintu masuk untuk menuju ke ruangan aula PK ini ada dua, di sebelah kiri dan kanan. Namun, pada saat acara sudah dimulai seluruh pintu ditutup. Ketika hendak keluar, harus izin terlebih dahulu.

Saya berjalan pelan menuju pintu. Sudah ada timnya Pak Rafi yang sedang berjaga di samping pintu, juga ada beberapa teman timnya Mas Gilang yang stand by untuk melihat acara dari belakang. "Izin ke toilet mas", saya ucapkan kepada Mas Isep yang ada di samping pintu. "Antri mas, kartunya habis, tunggu dulu ya, kalo sudah ada yang kembali, nanti boleh keluar", jawabnya.

Untuk menghindari banyaknya peserta yang alasan izin keluar. Timnya Pak Rafi sudah membuat aturan, siapa saja yang hendak keluar izin ke toilet, di samping pintu keluar, sudah disediakan sebuah kartu, "Kartu Toilet", kira-kira seperti itu namanya. Jadi yang keluar hanya dibatasi maksimal 4 orang. Ketika kartu habis, bisa antri menunggu di samping pintu keluar, hingga yang sudah selesai menunaikan keinginannya di kamar kecil datang kembali.

Saya berdiri mengantri, bukan hanya saya saja, beberapa teman juga ikut mengantri. Seperti yang tertera dalam jadwal sesi hari ini, acara akan sampai sekitar jam 10 malam. Makin malam AC makin dingin, jadi pas sekali kalau mata sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Dengan saya berdiri menunggu giliran ke toilet dan menahan hasrat ingin buang air kecil, setidaknya rasa kantuk itu bisa terobati.

Ketika wajah terkena air wudlu, rasa segar hadir kembali. Saya tidak bisa berlama-lama di toilet, pasti di pintu keluar ruangan aula PK sudah ada yang menunggu giliran untuk mengambil Kartu Toilet yang saya pegang. Kasihan mereka. Kami harus saling mengerti dan berbagi kartu yang jumlahnya hanya dibatasi 4 ini, padahal di ruangan PK, kami berjumlah 114.

Prof. Ainin menyelesaikan pemaparannya, sesi berikutnya adalah diskusi tanya jawab. Ada sekitar 6 orang yang mengajukan pertanyaan, diantaranya adalah Mas Dodik yang dulu pernah menjadi awardee S2 di Amerika dan saat ini hendak melanjutkan S3 di luar negeri juga. Ada Mas Wahyu, dia merupakan dosen tetap di UGM mengajar mata kuliyah Ekonomi Bisnis dan akan melanjutkan kuliyah di luar negeri, termasuk Mas Sitta yang dulu satu angkatan dengan saya di Universitas Al-Azhar Mesir.

Sesi malam ini ditutup oleh Bapak Sofan Efendi. Mas Jufri mengambil alih menjadi MC kembali. Mas Jufri mengerti keadaan teman-teman yang sudah mengantuk berat, akhirnya jargon-jargon semangat mulai dia kobarkan kembali. Tidak berapa lama, mic diserahkan Mas Jufri kepada Mas Gilang sebagai ketua dari angkatan kami.

"PR kita hari ini belum selesai, masih ada tugas untuk membuat daily report, batasnya adalah sampai 3 pagi. Nanti dikirim ke emailnya PK 144 atau Mbak Ana Yulvia. Daily report berisi laporan kegiatan hari ini mulai dari pagi hari tadi, hingga sesi terakhir malam ini. Satu kelompok membuat 1 daily report", Mas Gilang memberikan penjelasan kepada seluruh teman-teman awardee, pesan itu didapatkan dari timnya Pak Rafi.

"Akhirnya tidur kita tertunda Pak", kata Aljabar yang sudah terlihat ngantuk berat. Sesi malam ini ditutup. Masing-masing ketua kelompok diberikan kunci kamar hotel untuk dibagikan kepada seluruh anggotanya. Saya satu kamar dengan Mas Burhan, orang Malang yang dulu kuliyah di Universitas Al-Ahgaf, Yaman. Semua barang yang kami bawa yang ada di ruangan depan aula PK kami ambil, dipindah di kamar hotel masing-masing.

Di kamar hotel, tidak bisa langsung tidur. Mas Anwar sudah menelpon satu persatu dari kelompok Sultan Agung, termasuk saya, untuk berkumpul di Lorong hotel, di depan kamarnya Mbak Ika, awardee yang nantinya akan study di Swedia. 

"Dilarang mengerjakan tugas daily report di kamar hotel, apalagi kelompoknya laki-laki dan perempuan", Mas Gilang tadi bepesan seperti itu atas instruksi dari Pak Rafi. Bagaimanapun kami semua adalah santri, jadi tidak boleh khalwat, menyendiri di kamar hotel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun