Mohon tunggu...
Armunanto Heri
Armunanto Heri Mohon Tunggu... wiraswasta -

Nasionalis Lahir dan Besar di Temanggung Menetap Di Cimahi dari 1997 hingga sekarang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Selamatkan Bangsa dan Rakyat Kita Indonesia

26 Agustus 2015   00:05 Diperbarui: 26 Agustus 2015   00:05 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Respon bangsa kita yang lemah terhadap penjajahan baru tentu ada sebabnya. Sikap mayoritas bangsa kita yang lebih suka mengalah ketika haknya dirampas, apalagi oleh pejabat/aparat pemerintah, adalah salah satu faktor penyebab. Sikap rakyat ini, baik di masa Orde Baru yang represif maupun di masa sesudah Reformasi yang bebas, masih dominan. Mereka takut akan timbulnya keributan kalau mereka menuntut hak, walaupun di belakang mereka menggerutu. Sikap represif rejim Orde Baru terhadap siapa saja yang memprotes kebijakannya, bahkan terhadap mereka yang sekedar menyampaikan petisi, adalah faktor penyebab lainnya. Akan tetapi di masa kini di mana tak ada lagi represi, kita juga tidak menyaksikan adanya protes rakyat terhadap misalnya kebijakan liberalisasi ekonomi yang sangat merugikan rakyat. Demo besar-besaran hanya terjadi untuk menanggapi kebijakan pemerintah yang secara langsung merugikan rakyat seperti kenaikan harga BBM, dan bukan terhadap hal yang merupakan sumber masalah, yang menyebabkan pemerintah menaikkan harga BBM. Jadi di sini ada persoalan informasi yang belum sampai kepada rakyat atau ketidakcerdasan rakyat dalam melihat persoalan.

Hal lainnya lagi yang menjadi faktor penyebab lemahnya respon terhadap penjajahan baru adalah pendidikan. Sejak usia dini kita telah diajari lagu-lagu perjuangan yang bernuansa anti penjajahan di sekolah, dengan tujuan agar kita memiliki kesadaran sejarah dan daya tangkal melawan penjajahan. Akan tetapi sayangnya lagu-lagu perjuangan itu hanya menanamkan kesan kepada para siswa satu bentuk penjajahan, yaitu yang dilakukan oleh bangsa asing dengan menggunakan ancaman senjata, atau yang disebut dengan kolonialisme.

 

Demikian pula pelajaran sejarah yang menyangkut perjuangan melawan penjajahan, tidak mengandung penjelasan tentang bentuk-bentuk penjajahan selain kolonialisme, apalagi tentang hakekat kemerdekaan/penjajahan itu sendiri. Akibatnya kaum muda kita pada umumnya sangat peka akan isu ancaman agresi militer asing (misalnya kasus Ambalat), dan sebaliknya tidak peduli atau bahkan tidak kenal dengan penjajahan ekonomi. Terhadap ancaman agresi, mereka bersuara keras dan siap mengorbankan nyawa untuk memper-tahankan setiap jengkal wilayah NKRI. Akan tetapi ketika kekayaan alam kita dikuras pihak asing dalam jumlah yang jauh lebih besar dari yang diambil oleh Belanda dan Jepang atas izin (kolusi dengan) pejabat pemerintah, dan pemerintah dipaksa IMF dan Bank Dunia untuk menghapus fungsi sosialnya serta menjual aset-aset milik bangsa kepada asing guna membayar hutang, atau triliunan rupiah uang rakyat dijarah oleh para politisi, pejabat dan bankir, sebagian besar dari mereka tidak melihatnya sebagai penjajahan dan karenanya mereka tenang-tenang saja.

 

Lebih dari itu, karena tidak memahami makna kemerdekaan, tidak sedikit dari mereka yang merasa sebagai kaum merdeka, padahal sikapnya sehari-hari tak beda dengan kaum penja-jah asing, bahkan lebih kejam. Apalagi kalau mereka menjadi kelompok pemenang pemilu. Sikap kaum muda yang memiliki pemahaman yang bias tentang kemerdekaan/penjajahan ini diperparah oleh sikap generasi tua yang mewariskan nilai untuk tetap berbangga sebagai bangsa merdeka, meskipun nyatanya kedaulatan kita telah ditindas dan kekayaan alam kita telah dikuras dan yang masih tersisa telah tergadaikan.

 

Jadi ada beberapa faktor yang menyebabkan lemahnya respon bangsa kita terhadap neo-imperialisme, yaitu: ketidakgigihan atau lemahnya mental mayoritas rakyat dalam memper-tahankan hak dari perampasan, tidak dimilikinya pemahaman yang utuh tentang bentuk-bentuk penjajahan dan hakekat kemerdekaan, dan adanya kebanggaan atau perasaan seba-gai bangsa merdeka yang setiap tanggal 17 Agustus selalu dipupuk, padahal sebenarnya kemerdekaan yang kita rayakan itu hanya ilusi. Ketiga faktor itu plus pengendalian pikiran melalui berbagai media yang bertujuan agar kita menerima konsep kehidupan yang didiktekan kaum penjajah, sebagaimana diutarakan oleh DR. Susan George, menyebabkan penjajahan jenis ini bisa terjadi dan bertahan lama tanpa perlawanan yang berarti.

 

Menanti Kebangkitan Kaum Merdeka

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun