Mohon tunggu...
Soraya Hariyani Putri
Soraya Hariyani Putri Mohon Tunggu... Ilmuwan - Saya adalah menurut Anda

Menulis semua uneg-uneg yang masih bisa ditulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkacalah dari Proses Ta'aruf

2 Januari 2018   19:32 Diperbarui: 2 Januari 2018   19:40 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berdasarkan kisah nyata.

Kamu pernah taaruf? Suatu proses pranikah yang di dalamnya ada tahap-tahap yang harus dilalui sebelum kamu dan dia sah menjadi pasangan suami istri atau memutuskan untuk tidak berlanjut lagi.

Aku menamakan tulisan ini dengan judul "Berkaca dari Proses Taaruf" karena melihat banyak fenomena tak biasa yang mengubah kehidupan seseorang. Minimal usahanya dalam memahami proses tersebut. 

Banyak orang mengira bahwa proses taaruf justru lebih terasa di hati daripada harus berpacaran. Dan memang seperti itulah kenyataannya. Seseorang yang tak pernah kita kenal sebelumnya, memutuskan untuk berproses dengan kita, dengan tujuan untuk ikhtiar mencari jodoh. Dia akan tahu kehidupan kita termasuk keluarga, kebiasaan, segala hal yang kita lakukan sehari-hari tanpa harus terikat oleh hubungan bernama pacaran.

Seru? Awalnya sih.

Lama-lama kamu akan merasa bosan bahkan muak ketika waktu terus berjalan tetapi kamu masih berada di tahap yang sama dan berulang dengan orang yang berbeda. 

Tentu kita berharap taaruf pertama kita menjadi taaruf terakhir. Kalau mau gagal, maksimal 2 kali saja karena selanjutnya hanya akan membuat kelelahan yang sama kembali berulang.

Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari berbagai orang yang pernah berproses dengan kita, entah itu berhasil atau gagal.

Kamu bisa melihat bahwa kecerdasan, kedewasaan, dan pengalaman akan dinomorduakan dari fisik.

Kamu bisa melihat bahwa agama kadang tidak dipilih sebagai pilihan terbaik.

Kamu juga bisa melihat bahwa masa lalumu yang kadang tak ingin kau harapkan ada dalam hidupmu, menjadi pengganjal utama dalam proses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun