Pertama, beranggapan bahwa krisis ini terjadi karena fondasi perekonomian indonesia rapuh sejak dulu. Ini terjadi karena tidak adanya kaitan ke belakang maupun kedepan dari motor penggerak perekonomian. Atau mereka menggunakan tesis Paul Krugman pada 1994 keajaiban ekonomi negara-negara industri baru generasi kedua Asia tidak akan berlangsung lama karena pertumbuhan ekonomi negara-negara ini lebih disebabkan oleh hasil akumulasi modal.
Kedua, mereka berpendapat bahwa krisis ini bermula dari sektor perbankan, selain akibat tidak terkontrolnya perkembangan bank oleh para pemerintah dan oleh para pemiliknya, juga karena manajemen perbankan masih primitif sejak diterbitkan Pakto 1988. Para ekonom berpendapat bahwa hal itu disebabkan oleh jumlah kredit macet semakin membengkak, utang-utang luar negeri membengkak terutama utang jangka pendek.
Masalah-masalah diatas adalah kenyataan yang memperlihatkan bahwa kejayaan bisnis properti, infrastruktur perkotaan, dan bisnis perumahan akhirnya merobohkan dunia perbankan indonesia. Yang pada akibat selanjutnya terjadi kerapuhan hubungan antar golongan sosial yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh sistem perekonomian selama masa kebangkitan sektor-sektor baru tersebut.
Dari perspektif besarnya pengaruh domestik, kurang tepat kalau krisis ekonomi indonesia yang kemudian menjadi krisis multidimensional dilihat sebagai akibat pengaruh penularan dari krisis asia yang diawali thailand kemuadian mengalir ke malaysia, korea selatan dan indonesia. Faktor eksternal pasti ada. Bahkan dilihat dari berapa indikasi yang ada, sangat mungkin ada politik konspirasi di barat yang memiliki kepentingan-kepentingan ekonomi dan politik terhadap indonesia.