Mohon tunggu...
Binti Rosyidatul Maulida Zuhri
Binti Rosyidatul Maulida Zuhri Mohon Tunggu... Universitas Jember

Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Kemacetan Kota Surabaya: Masalah Ekonomi yang Tak Pernah Usai

25 September 2025   06:45 Diperbarui: 25 September 2025   06:45 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surabaya. Sumber ilustrasi: KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Sebagai kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia, Surabaya menghadapi tantangan serius terkait kemacetan lalu lintas. Sebagai pusat perdagangan, pendidikan, hingga industri, pergerakan orang dan barang di Surabaya sangat tinggi setiap harinya. Aktivitas ini memang menjadi motor penggerak ekonomi kota, tetapi di sisi lain, memunculkan persoalan klasik: kemacetan lalu lintas yang menurunkan produktivitas masyarakat dan menambah biaya ekonomi.

Kondisi Kemacetan di Surabaya

Beberapa titik rawan macet di Surabaya yang hampir setiap hari ramai dilaporkan warga, antara lain:

Bundaran Waru (Aloha -- Margorejo -- Jemursari) akses utama dari arah Sidoarjo menuju Surabaya.

Jembatan Merah -- Tanjung Perak jalur distribusi barang menuju Pelabuhan Tanjung Perak.

Ahmad Yani -- Wonokromo -- Darmo salah satu jalur terpadat karena percampuran kendaraan pribadi, angkot, dan bus kota.

Kenjeran -- MERR (Middle East Ring Road) meski dibangun untuk mengurai macet, pada jam sibuk tetap padat karena pertumbuhan perumahan dan pusat komersial baru.

Data Dinas Perhubungan Kota Surabaya (2023) menunjukkan bahwa volume kendaraan meningkat 6--8% per tahun, terutama sepeda motor dan mobil pribadi. Peningkatan ini jauh lebih cepat dibanding pelebaran jalan atau penyediaan moda transportasi publik.

Dampak Ekonomi bagi Surabaya

Kerugian waktu produktif: ribuan pekerja terlambat tiba di kantor akibat padatnya jalur Ahmad Yani--Wonokromo.

Biaya distribusi barang lebih mahal: kontainer menuju Tanjung Perak sering tertahan, menambah ongkos logistik dan membuat harga barang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun