Mohon tunggu...
Bintang Sultanul Arifin
Bintang Sultanul Arifin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Walking under the shadow

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

persamaan dan perbedaan teori hi; realisme, neo-realisme, liberalisme, dan neo-liberalisme

20 Oktober 2025   21:25 Diperbarui: 20 Oktober 2025   21:25 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

  Liberalisme merupakan teori HI yang cukup bertolak belakang pada pandangan realisme, liberalisme sangat optimis terhadap hubungan internasional berbeda dengan pandangan realis yang pesimis. Liberalisme menekankan bahwa negara bukan satu satunya aktor dalam interaksi hubungan internasional, kaum liberalis percaya akan pentingnya kerja sama antar negara dan peran dari lembaga internasional, perusahaan, dan masyarakat sipil dalam menjaga perdamaian  dan stabilitas global lewat interdependensi, yakni setiap negara saling membutuhkan dan tergantung satu sama lain. Liberalisme juga menolak bahwa suatu konflik itu tidak dapat dihindari dan menurut teori ini, konflik atau perang dapat diminimalisir dengan komunikasi, kepentingan bersama, kerja sama, dan ketergantungan yang diciptakan oleh suatu aktor non negara seperti organisasi internasional yang dapat menghasilkan perdamaian jangka panjang.

A. Realisme

     Realisme merupakan salah satu teori paling tua dan dominan dalam studi Hubungan Internasional. Fokus utama dari teori ini adalah pada kekuasaan (power) dan keamanan (security) sebagai inti dari hubungan antarnegara. Para realis berpendapat bahwa sistem internasional bersifat anarkis, yaitu tidak adanya otoritas tertinggi yang mengatur perilaku negara. Dalam kondisi seperti itu, setiap negara harus bergantung pada dirinya sendiri (self-help) untuk bertahan hidup. Negara dipandang sebagai aktor utama dan rasional, yang selalu berusaha memaksimalkan kepentingannya demi kelangsungan dan keamanannya. Realisme juga berangkat dari pandangan pesimis terhadap sifat dasar manusia yang dianggap egois, ambisius, dan cenderung mengejar kekuasaan. Karena itu, konflik dianggap sebagai sesuatu yang alami dan tak terhindarkan dalam sistem internasional. Untuk menjaga stabilitas, realis menekankan pentingnya keseimbangan kekuasaan (balance of power) agar tidak ada satu negara pun yang mendominasi.

B. Neo-realisme

     Neo-Realisme, atau sering disebut juga Realisme Struktural, merupakan pengembangan dari teori realisme klasik yang dikemukakan oleh Kenneth Waltz. Walaupun Neo-Realisme tetap mempertahankan pandangan bahwa sistem internasional bersifat anarkis dan negara adalah aktor utama, fokus analisisnya berbeda dari realisme klasik. Neo-Realisme tidak lagi menitikberatkan pada sifat manusia, melainkan pada struktur sistem internasional yang memengaruhi perilaku negara. Dengan kata lain, bukan karena manusia haus kekuasaan, tetapi karena struktur sistem yang anarkis memaksa negara untuk berperilaku kompetitif demi mempertahankan keamanan.

C. Liberalisme

     Berbeda dari dua teori sebelumnya, Liberalisme menghadirkan pandangan yang lebih optimis dan idealis terhadap hubungan internasional. Fokus utama teori ini adalah pada kerja sama (cooperation), perdamaian (peace), dan kemajuan bersama (mutual progress) antarnegara. Liberalisme berangkat dari keyakinan bahwa walaupun sistem internasional bersifat anarkis, negara dan masyarakat internasional mampu bekerja sama melalui aturan, lembaga, dan norma bersama. Teori ini juga menolak pandangan pesimis realisme tentang sifat manusia. Bagi kaum liberal, manusia bersifat rasional dan dapat belajar untuk hidup damai melalui kerja sama dan interaksi yang saling menguntungkan. Liberalisme menekankan pentingnya institusi internasional, seperti PBB, WTO, atau Uni Eropa, yang berfungsi menciptakan aturan dan kepercayaan antarnegara. Selain itu, teori ini juga menyoroti peran perdagangan internasional dan interdependensi ekonomi, yang diyakini dapat mengurangi potensi konflik karena negara menjadi saling membutuhkan.

D. Neo-liberalis

     Teori Neo-liberalisme muncul sebagai respons terhadap pandangan Neo-realisme. Neo-liberalis mengakui bahwa sistem internasional memang anarkis, tetapi mereka masih percaya bahwa institusi internasional dapat mengurangi dampak negatif anarki. Teori Neo-liberalisme menekankan konsep interdependensi, yakni kondisi dimana negara-negara saling bergantung melalui perdagangan, teknologi, dan lembaga internasional seperti PBB atau WTO. Dengan adanya aturan dan institusi, kerja sama bisa dipertahankan bahkan di bawah kondisi sistem internasional yang anarki.

PERBEDAAN DAN PERSAMAAN 

     Persamaanya, baik realisme maupun liberalisme sama sama menganggap negara sebagai aktor penting dalam sistem internasional. Teori-teori tersebut juga berupaya untuk menjelaskan bagaimana negara berinteraksi dan bertahan dalam kondisi sistem internasional yang anarki. Sementara itu terdapat perbedaan yang beragam dari tiap tiap teori, realisme dan neo-realisme bersifat pesimis terhadap hubungan internasional, sementara liberalisme dan neo-liberalisme lebih optimis dan terbuka pada kerja sama dan interaksi mutual di dunia internasional lewat lembaga maupun organisasi internasional. Adapun teori neo-liberalis dan neo-realis yang muncul untuk menyesuaikan teori lama dengan konteks dunia modern, neo-realisme lebih menekankan pendekatan strukturalis sementara neo-liberalisme membawa konsep institusionalisme serta interdependensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun