Mohon tunggu...
Bing Sunyata
Bing Sunyata Mohon Tunggu... Teknisi - Male

Pekerja di sebuah industri percetakan kertas (packaging) Tanggal lahir yang tertera disini beda dengan yang di KTP, begitu juga dengan agama. :) Yang benar yang tertera disni. Mengapa KTP tidak dirubah ? Satu aja ..., malas kalau dipingpong.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rancangan Penataan, Sebuah Pemikiran (3)

9 Januari 2018   16:40 Diperbarui: 9 Januari 2018   16:52 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: newmatilda.com

'Ngalor-'ngidul, 'ngetan-'ngulon ...

Baru membaca sebuah artikel (di Kompasiana juga) terkait keberadaan suku yang dianggap tertua di Indonesia. Yang mana mempunyai kepercayaan bahwa segala sesuatunya di bumi ini memiliki "roh". He he he, bakal asik kalau ingin dikupas secara logis, dan bukannya mistis. Disini kita bicara mengenai "sesuatu", yang "merasa" dirinya ada. Namun ... terpisah dari hal itu (tiap benda mempunyai "roh"),  disebabkan karena kondisi yang dimiliki oleh benda tersebut, belum tentu dari kesemuanya mempunyai keinginan/kehendak. 

Kita tidak bicara juga mengenai "force" (daya), karena itu bisa mengada/terjadi disebabkan karena si benda itu bisa "merasa"/"mengetahui" keberadaan dirinya dan punya/memiliki ... suatu/beberapa ... keinginan/kehendak.

Pada diri manusia, "roh" yang dimaksud ada yang mengatakannya sebagai "jiwa", ada yang mengatakannya sebagai "diri" (yang merupakan kesatuan antara "roh" dan wujud material yang dimiliki), di Barat ada yang menyebutnya sebagai ego (meski kemudian ada yang membaginya lagi hingga beberapa jenis). Terpisah dari itu semua, disebabkan karena yang menyebutnya adalah manusia, yang memiliki kehendak dan daya untuk mewujudkan kehendak pribadi, kemudian sering terjadi peng-gebyah-uyah-an, terhadap apa yang dimaksud dengan "roh" itu; bahwa sesuatu yang mempunyai jiwa/roh itu pasti punya kehendak ... pribadi dan pasti punya daya/'force" untuk mewujudkannya. 

Kalau sudah sampai tahap ini, kita kemudian masuk pada ranah fisika. Dimana kita ketahui bahwa daya/"force" itu yang mengada dan terlihat/terasa, yang mana itu terjadi karena ada suatu "kehendak" yang menyebabkannya. Tetapi menjadi sebuah pertanyaan ... "Kehendak" siapa yang sedang dituruti ? Apakah kehendak pribadi dari benda itu sendiri, ataukah semata "kehendak" yang terjadi disebabkan karena timbulnya reaksi atas sebuah aksi yang dikenakan padanya. 

Disini kita bicara mengenai proses "aksi-reaksi" dan "kesetimbangan".Yang mana  itu pada masa sekarang, tidak menjadi monopoli dari ranah fisika saja, tetapi juga sudah "diklaim" oleh berbagai ranah/bidang pengetahuan lainnya. Mulai dari ilmu alam ataupun ilmu sosial juga.

Itu secara garis besarnya. 'Nulisnya cukup memakan tempat dua alinea saja, tetapi dalam proses kehidupan nyatanya, itu memakan waktu berpuluh abad, hingga akhirnya tiba pada poin yang disebutkan terakhir.:D Mungkin pada masa sekarang, orang cenderung menitikberatkan pada masalah "kehendak", "force","aksi-reaksi" dan "kesetimbangan". 

Bahkan mungkin juga ada yang cenderung hanya menitik beratkan perhatiannya pada satu faktor saja. Padahal bila kita runut dari awal, akan kita ketahui bahwa itu semua merupakan sebuah rangkaian/untaian faktor yang mengada disebabkan karena keberadaan "roh" itu.:)

Bila kita ingin membawa pemikiran itu pada lingkup kehidupan sehari-hari, bisa dilakukan dengan cara "menapak-tilasi" faktor-faktor yang disebutkan itu. Kita bicara mengenai "kesetimbangan" (yang mana merupakan sebuah utopia), kemudian kita bicara mengenai "aksi-reaksi" yang terjadi pada upaya mewujudkannya, kemudian kita bertanya mengenai "force" yang menyebabkan terjadinya proses aksi-reaksi itu, dan kemudian kita bertanya mengenai "kehendak" yang menjadi awal-mula penyebab itu semua terjadi. Hingga kita dibawa pada sebuah pertanyaan mengenai keberadaan dari "roh" yang menyebabkan adanya "kehendak" tersebut.

...

Terkait dengan masalah "roh" itu ... Bila diketahui bahwa dalam keseharian, apa yang ada dalam tubuh dan pikiran kita itu berubah, entah itu penambahan/pengurangan ataupun karena proses regenerasi ... Bahwa "diri" kita ini "mati" dan "hidup" berulang kali ?:)

Bersambung ...

Peeeace 4 all

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun