Mohon tunggu...
Cahyo Bimo Prakoso
Cahyo Bimo Prakoso Mohon Tunggu... Blog

Karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Wahyu Makutha Rama dan Harga sebuah Presentase

7 Oktober 2025   14:11 Diperbarui: 7 Oktober 2025   14:11 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wahyu Makutha Rama dan Harga Sebuah Persentase

Asal-Usul Kesejahteraan: Wejangan Agung Sri Rama

Dalam tradisi luhur Jawa, etika kepemimpinan tidak hanya diukur dari neraca keuangan atau pertumbuhan ekonomi, melainkan dari keselamatan mutlak setiap jiwa. Pedoman tertingginya adalah Hasta Brata, yang di kalangan pewayangan dikenal sebagai Wahyu Makutha Rama---nasihat agung yang diucapkan oleh Sri Rama Wijaya kepada Wibisana saat menobatkan Wibisana sebagai Raja Alengka.

Inti dari Hasta Brata adalah perintah bagi pemimpin untuk meniru delapan sifat agung alam semesta (Asta = delapan, Brata = laku/perilaku). Dengan meneladani alam, pemimpin wajib mencapai tujuan utama: Memayu Hayuning Bawana, menjaga dan menciptakan keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya.

Delapan Sifat Hasta Brata yang Harus Dijunjung Pemimpin:

  • Bumi (Pemberi dan Pengampun (Laku Hambeging Kisma)): Pemimpin harus memiliki sifat tulus memberi tanpa pamrih, menyediakan kebutuhan rakyat, serta teguh dan kokoh dalam menegakkan keadilan.

  • Matahari (Pembangkit dan Penerang (Laku Hambeging Surya)): Pemimpin harus memberikan semangat, energi, dan pencerahan (pengetahuan/kebijaksanaan) kepada rakyatnya, serta bekerja dengan penuh kejujuran dan transparan (tidak menyembunyikan kebenaran).

  • Bulan (Penerang dalam Kegelapan (Laku Hambeging Candra)): Pemimpin harus memberikan ketenangan, keindahan, dan harapan di saat-saat sulit (kegelapan), serta menjadi teladan yang sejuk dan menyejukkan.

  • Bintang (Ketegasan dan Konsistensi (Laku Hambeging Kartika)): Pemimpin harus konsisten dalam pendirian, memiliki tujuan yang jelas, dan menjadi petunjuk arah agar rakyat tidak tersesat (menetapkan kebijakan yang tegas dan jelas).

  • Angin (Mendekat dan Merata (Laku Hambeging Bayu)): Pemimpin harus selalu dekat dengan rakyatnya, mengetahui segala persoalan yang terjadi tanpa pandang bulu, serta mampu bersikap adil dan merata kepada seluruh lapisan masyarakat.

  • Api (Penegak Hukum dan Penghukum (Laku Hambeging Dahana)): Pemimpin harus memiliki wibawa dan keberanian untuk menindak tegas segala bentuk kejahatan, penyelewengan, dan korupsi (membersihkan hal-hal buruk) demi kebaikan bersama.

  • Samudra (Berwawasan Luas dan Mampu Menampung (Laku Hambeging Samodra)): Pemimpin harus berwawasan luas, memiliki kedalaman ilmu, serta mampu menampung dan menerima segala keluh kesah, perbedaan pendapat, dan kritik dari rakyatnya dengan sabar dan lapang dada.

  • Langit (Keluasan dan Kebebasan (Laku Hambeging Akasa)): Pemimpin harus memiliki pandangan yang luas, tidak membatasi ruang gerak rakyat untuk berkreasi dan berkembang, serta berhati lapang dan adil tanpa memihak siapapun.

Ketika 10.000an Keracunan Reduksi Sifat Bumi

Keresahan muncul ketika sebuah program mulia, Makanan Bergizi Gratis (MBG), justru membuat sekitar 10.000an anak keracunan. Reaksi dari pucuk pimpinan? Sebuah pembelaan dingin berbasis statistik: "Secara statistik, ini hanya 0,00017persen."

Pernyataan ini adalah kegagalan mutlak atas beberapa poin utama Hasta Brata.

  • Pelanggaran Sifat Bumi (Kisma): Tugas utama pemimpin adalah Laku Hambeging Kisma---memberi tanpa pamrih dan menyediakan kebutuhan dengan aman. Ketika makanan yang diberikan justru meracuni, program itu bukan lagi bersifat Bumi yang mengasuh, melainkan menjadi lubang yang mengancam. Apakah penderitaan ini dianggap sebagai "biaya operasional" oleh sang pemimpin? Bagi Bumi yang tulus, tidak ada satu pun benih yang dianggap sepele.

  • Pelanggaran Sifat Samudra (Samodra): Pemimpin harus Laku Hambeging Samodra, berhati lapang menampung keluh kesah dan penderitaan. Mengabaikan penderitaan an anak dengan perisai persentase menunjukkan kedangkalan hati yang bertolak belakang dengan keluasan samudra. Samudra tidak pernah menghitung volume kotoran yang masuk; ia menyaring dan tetap tenang. Mengapa pemimpin justru sibuk menghitung persentase agar terlihat bersih?

  • Pelanggaran Sifat Angin (Bayu): Pemimpin harus Laku Hambeging Bayu, yang berarti selalu dekat, menelusup, dan mengetahui persoalan rakyat secara mendalam. Jika makanan keracunan massal terjadi, itu menandakan bahwa sistem pengawasan telah lumpuh, Angin tidak lagi berembus dengan jujur dari bawah ke atas.

  • Pelanggaran Sifat Api (Dahana): Di mana Api (Laku Hambeging Dahana) yang seharusnya menyala tegas membersihkan penyelewengan dan ketidakpedulian yang meracuni rakyat? Alih-alih menegakkan wibawa dengan tindakan cepat, Api justru redup dalam data statistik.


Kalkulator di Atas Mahkota Rama

Pernyataan statistik tersebut mencerminkan pandangan bahwa nyawa manusia dapat dipertukarkan dengan margin of error. Dalam hitungan Wahyu Makutha Rama, etika tidak mengenal persentase.

Jika para pemimpin sibuk menggunakan kalkulator untuk mengabaikan nyawa, maka sesungguhnya mereka telah melupakan dari ajaran Hasta Brata yang mensyaratkan tanggung jawab moral total.

Wahyu Makutha Rama mengajarkan bahwa pemimpin adalah personifikasi dari alam; mereka harus sempurna dalam memberi, teguh dalam menjaga, dan berwawasan luas dalam memahami penderitaan. Pedoman kepemimpinan yang berasal dari wejangan ini direduksi menjadi permainan angka, berarti mahkota Rama telah digantikan oleh kalkulator birokrasi yang dingin dan hampa nurani.

Tugas seorang pemimpin bukan hanya mengelola program, tetapi memastikan bahwa setiap anak, setiap jiwa, aman di bawah payung perlindungan Ibu Pertiwi yang mereka wakili, atau Memayu Hayuning Bawana. Berapapun kecilnya angkanya, penderitaan 10.000an anak adalah penderitaan bagi mereka dan keluarganya.

Sudah saatnya kita berhenti menghitung kerugian statistik, dan mulai menghitung kerugian etika dan nurani.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun