Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Belajar Ditertawakan Agar Tidak Menertawakan Orang Lain

8 Mei 2024   18:13 Diperbarui: 8 Mei 2024   18:15 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar. Menertawakan dan mengejek dilarang agama (Sumber gambar: https://islam.nu.or.id/)

Semesta ini adalah kelas bagi pembelajar. Setiap peristiwa adalah guru bagi seorang murid. Karena itu bagi seorang yang memiliki sikap reflektif tidak ada peristiwa atau kejadian dalam hidupnya yang akan berlalu sia-sia tanpa makna. Ya, belajar memaknai peristiwa untuk hidup yang lebih berkualitas. 

Dalam sebuah pertemuan saya melihat ada satu kejadian yang memberikan pembelajaran kepada saya mengenai kehidupan yang bermakna. 

Seorang peserta tampak sangat akrab dengan banyak peserta lain. Ia menjadi perhatian beberapa peserta, yang adalah sahabat-sahabatnya. Salah satu diantara mereka terlihat punya jabatan lebih tinggi dari yang lain. Setelah rapat baru saya tahu orang tersebut adalah yang "dituakan". 

Yang membuat saya termenung sejenak, salah satu mereka dijadikan bulan-bulanan bahan tertawaan. Ya semacam di-bully. Anehnya bahan guyonan itu justru prestasi yang diraih orang tersebut. Saya menjadi bertanya diri, "kenapa orang yang berprestasi kok malah dijadikan guyonan?" Orang yang diejek dan ditertawakan itu tidak menimpali, hanya tersenyum. 

Tapi terlihat senyumnya agak dipaksakan. Tapi dia tidak menimpali ejekan itu. Saya melihat ada rasa percaya diri yang sangat besar bahwa prestasi yang diraih bukan untuk sebuah pencitraan tetapi pelayanan yang lebih kepada pelanggan.


Setelah pertemuan itu usai, saya melihat masing-masing peserta membubarkan diri termasuk orang-orang yang menertawakan sahabatnya itu. Tapi pertanyaan besar mengganggu pikiranku, "Apa yang dirasakan oleh orang yang ditertawakan tadi? Apakah dia tidak merasakan sakit hati? Pertanyaan ini tidak menemukan jawabannya kecuali orang yang bersangkutan menjawabnya. 

Saya sudah melupakan peristiwa itu sampai lebih dari satu minggu kemudian tanpa sengaja saya bertemu kembali dengan orang tersebut dalam sebuah pertemuan pembinaan kompetensi. Ketika waktu rehat saya duduk disampingnya dan ngobrol banyak topik dari topik serius sampai topik recehan.

Melalui obrolan ini, pertanyaan yang pernah singgah di benak saya waktu itu malah mendapatkan jawabannya.

Atas tertawaan teman-temannya, ia tidak mudah menerimanya. Namun ia berusaha menerima dengan ikhlas sebagai sebuah pembelajaran. Pembelajaran bahwa ditertawakan itu pengalaman yang tidak enak, apa lagi ditertawakan di depan banyak orang. Karena itu, ia tidak akan pernah menertawakan orang lain. 

Dia mengatakan "saya selalu belajar dari perlakuan buruk orang agar saya tidak memperlakukan buruk kepada orang lain" Dengan kalimat yang berbeda tapi bermakna sama ketika ditempatkan pada peristiwa yang pernah saya lihat, ia akan mengatakan demikian, "saya belajar ditertawakan agar tidak menertawakan orang lain"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun