Mohon tunggu...
Bima S. Ariyo
Bima S. Ariyo Mohon Tunggu... -

seorang guru yang berharap bisa diGUgu dan ditiRU, bukan hanya di geGUyu dan di tinggal tuRU....\r\nMaju terus pendidikan Indonesia!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Les dengan Guru Kelas, Tambahan Belajar atau Bentuk Komersialisasi Pendidikan?

14 Oktober 2015   08:58 Diperbarui: 14 Oktober 2015   14:53 14055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya yakin, guru yang menyelenggarakan les tambahan di sekolah tak sepenuhnya bertabiat murahan seperti yang diceritakan di atas. Namun seiring berjalannya waktu, akan datang banyak ujian bagi guru yang menyelenggarakan les tambahan bagi siswanya. Misalnya jika siswa yang les nilainya tetap rendah maka orang tua yang siswanya les akan protes karena merasa sudah membayar (tipe orang tua seperti ini banyak dijumpai, umumnya mereka terima beres, malas mendidik anak, tidak bisa dijadikan teladan anak, serta gemar menghalalkan segala cara).

Saya yakin guru awalnya berharap dengan les dapat meningkatkan nilai akademik siswa karena jam belajar lebih banyak, tapi manakala banyak orang tua di zaman sekarang yang maunya terima beres, yang penting sudah les dan bayar dan nilainya pasti tinggi, guru pun beresiko mengalami pergeseran idealisme. Seperti halnya kisah nyata diatas dimana guru sampai membocorkan soal UTS saat les untuk mendongkrak nilai siswa yang les dan juga memasukkan soal-soal yang belum diajarkan di sekolah untuk menekan nilai siswa yang tidak ikut les agar terjadi perbedaan drastis antara yang les dan yang tidak les, maka ini tergolong diskriminasi dalam pendidikan buah dari komersialisasi pendidikan.

Manakala guru akan mengadakan les tambahan, harus ditinjau ulang apakah siswa benar membutuhkan les? Apakah guru sudah optimal mengajar di sekolah? Karena menurut keluhan banyak siswa ada beberapa guru yang dalam mengajar jarang masuk, sering terlambat masuk ke kelas sehingga baru beberapa menit mengajar sudah bel pulang, mengajar dengan metode yang monoton, guru tidak menguasai materi, guru tidak mampu memanajemen suasana kelas, namun mengharuskan siswa untuk les. Dan setelah pembelajaran di kelas menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, guru memutuskan untuk membuka program les tambahan. Kenapa tidak gurunya saja yang lebih rajin masuk atau gurunya saja yang belajar lebih banyak untuk bisa menjadi guru yang lebih ideal dalam mengajar.

Kemudian perlu dikaji ulang apakah biaya untuk les tidak memberatkan orang tua siswa, karena jika terlalu mahal otomatis hanya siswa dari kalangan mampu saja yang dapat ikut les tambahan. Dan akan muncul stigma sepandai dan serajin apapun kamu kalau kamu miskin dan tidak ikut les tambahan tetap akan kalah nilainya dengan siswa yang malas namun mampu membayar untuk ikut les tambahan.

Dari sini dapat kita simpulkan les tambahan dengan guru kelas adalah sebuah fenomena unik yang perlu dikaji dan diteliti lebih dalam. Bisa jadi permasalahan yang timbul akibat banyak munculnya les tambahan bagaikan gunung es, terlihat kecil pengaruhnya namun dapat menenggelamkan kapal sebesar Titanic. Sistem les tambahan berbayar di sekolah oleh guru sekolah sebenarnya sudah dilarang oleh PP No.17 tahun 2010. Saya pun seorang guru sekolah dengan gaji tak sampai dua juta sebulannya. Untuk pekerjaan sambilan agar dapur tetap ngebul, saya mendirikan rumah belajar untuk masyarakat yang salah satu programnya adalah bimbingan belajar dan juga lembaga privat.

Namun saya tak pernah sekalipun mengizinkan siswa sekolah tempat saya berdinas untuk ikut bimbel saya atau les privat dengan saya karena saya merasa sudah sangat optimal mengajar di sekolah baik dari segi metode pembelajaran, penyampaian materi, hingga kehadiran. Jika ada siswa yang kurang jelas dan tak paham saya persilakan untuk menemui saya diwaktu istirahat atau setelah jam pulang sekolah, konsultasi gratis tis, karena itu bagian dari tanggung jawab saya sebagai guru.


Semoga tulisan ini bermanfaat sebagai bahan telaah untuk kita semua. Salam kompasiana.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun