Mohon tunggu...
Bilqis Zahrotun Nisa
Bilqis Zahrotun Nisa Mohon Tunggu... pelajar

writer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Laporan Hasil Observasi Upacara Adat Panggih

27 Agustus 2025   13:43 Diperbarui: 27 Agustus 2025   13:43 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: bridestory.com

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 

       Pengamatan upacara Panggih atau temu manten dilakukan karena prosesi ini merupakan salah satu warisan budaya Jawa yang memiliki nilai adat, simbolik, dan makna sosial yang penting dalam kehidupan masyarakat. Upacara ini bukan hanya sekadar rangkaian pernikahan, tetapi juga sarat dengan pesan moral seperti penghormatan kepada orang tua, kebersamaan, serta ajaran tentang hidup rukun. Melalui pengamatan ini, kita dapat memahami makna filosofis di balik setiap tahap prosesi sekaligus menumbuhkan kesadaran untuk melestarikan tradisi agar tetap dikenal, dihargai, dan diwariskan kepada generasi penerus di tengah perkembangan zaman.


2. Tujuan Pengamatan

a. Mencatat urutan prosesi yang berlangsung dalam upacara pangaih.

b. Mengidentifikasi simbol dan makna di setiap prosesi

c. Menghubungkan prosesi dengan nilai-nilai budaya Jawa

d. Mengetahui aktor yang terlibat, penggunaan elemen simbolik, dan suarana upacara.

e. Mengarah kemampuan menyusun laporan berdasarkan hasil observasi

B. OBJEK OBSERVASI

1. Nama upacara: Upacara Panggih (Temu Manten)

2. Daerah asal: Jawa Tengah (Solo/Yogyakarta)

3. Waktu pelaksanaan: Dilakukan setelah akad nikah atau pemberkatan

4. Peserta/pelaku: 

a. Mempelai pria dan wanita (pasangan yang sudah sah)

b. Keluarga kedua mempelai (orang tua dan kerabat

c. Juru adat atau petugas prosesi

d. Pengiring musik tradisional (bila ada)

C. DESKRIPSI UMUM

       Upacara Panggih adalah proseri adat Jawa yang memiliki makna mendalam.  Kata panggih sendiri berarti "bertemu", yaitu pertemuan pertama antara pengantin pria dan wanita setelah resmi menjadi pasangan suami istri. Prosesi ini biasanya diawali dengan kedatangan mempelai pria yang disambut oleh keluarga mempelai wanita, kemudian dengan berbagai ritual simbolis seperti penyerahan pisang sanggan hingga sungkeman kepada orang tua sebagai wujud bakti dan penghormatan. Seluruh rangkaian tersebut sarat akan doa, dan harapan agar rumah tangga yang dibangun senantiasa, rukun, harmonis, serta mendapat keberkahan.

D. DESKRIPSI BAGIAN

1. Penyerahan Pisang Sanggan

Deskripsi pelaksanaan: Pihak mempelai pria menyerahkan pisang sanggan (pisang raja, sirih, dan kembang) kepada keluarga mempelai wanita.

Makna simbolis: Sebagai permohonan izin dan penghormatan kepada keluarga mempelai wanita.

2. Kembar Mayang

Deskripsi pelaksanaan: Prosesi saling menukar hiasan janur berbentuk gunungan kecil oleh kedua mempelai.

Makna simbolis: Simbol penyatuan dua insan dalam ikatan pernikahan serta doa bagi pengantin agar hidup harmonis, subur, seimbang, terhindar dari bala, dan bersatu dalam rumah tangga.

3. Balangan Gantal 

Deskripsi pelaksanaan: Kedua pengantin saling melempar gulungan sirih (gantal) sebanyak tiga kali.

Makna simbolis: Simbol ikatan cinta kasih dan pembuangan sifat buruk.

4. Ngidak Tigan (injak telur)

Deskripsi pelaksanaan: Pengantin pria menginjak telur ayam kampung hingga pecah, kemudian pengantin wanita membasuh kaki suaminya

Makna simbolis: Simbol kesediaan suami melindungi istri, ketulusan istri menghormati suami, serta harapan memperoleh keturunan.

5. Gendongan

Deskripsi pelaksanaan: Ayah mempelai wanita berjalan di depan, sementara ibu berada di belakang kedua mempelai sambil menutup pundak mereka dengan kain sindur.

Makna simbolis: Melambangkan kasih sayang, bimbingan, serta perlindungan orang tua yang mengantar putra-putrinya memasuki kehidupan rumah tangga yang baru.

6. Timbang Pangkon

Deskripsi pelaksanaan: Ayah mempelai wanita memangku kedua mempelai, lalu ibu menanyakan "abote padha?" (beratnya sama?).

Makna simbolis: Melambangkan mulai hari itu tidak membedakan putri sendiri dan putra mantu, keduanya sama-sama disayangi.

7. Tanem Jero

Deskripsi pelaksanaan: Ayah mempelai wanita menepuk pundak kedua mempelai dan mempersilakan mereka duduk di pelaminan.

Makna simbolis: Melambangkan restu orang tua untuk kehidupan baru anaknya agar rumah tangga berdiri teguh dan mandiri.

8. Ngunjuk Rujak Degan

Deskripsi pelaksanaan: Pasangan pengantin meminum rujak kelapa muda secara bersamaan.

Makna simbolis: Melambangkan harapan semoga kedua mempelai dapat bermanfaat bagi manusia lain di sekitarnya.

9. Kacar Kucur

Deskripsi pelaksanaan: Pengantin pria menuangkan hasil bumi, beras, biji-bijian, kacang, uang, dan logam ke pangkuan istri.

Makna simbolis: Simbol kewajiban suami memberi nafkah dan istri mengelola dengan bijak.

10. Dhahar Klimah

Deskripsi pelaksanaan: Kedua mempelai saling menyuapi nasi kuning sebanyak tiga kali.

Makna simbolis: Simbol saling mengasihi, memberi dan menerima dalam rumah tangga.

11. Ngunjuk Toya Wening

Deskripsi pelaksanaan: Pasangab meminum air putih bersama.

Makna simbolis: Simbol kemurnian cinta, kesetiaan, dan kejujuran dalam membina rumah tangga.

12. Papak Besan

Deskripsi pelaksanaan: Orang tua mempelai wanita menjemput orang tua mempelai pria.

Makna simbolis: Simbol terjalinnya silaturahmi dan persaudaraan baru.

13. Sungkeman

Deskripsi pelaksanaan: Kedua mempelai bersujud di hadapan orang tua untuk memohon doa dan restu.

Makna simbolis: Simbol bakti, hormat, dan permohonan doa restu dari orang tua.

E. KESIMPULAN

       Berdasarkan hasil observasi, upacara Panggih merupakan salah satu prosesi penting dalam pernikahan adat Jawa yang sarat akan nilai simbolis. Setiap tahapan, mulai dari penyerahan pisang sanggan hingga sungkeman, memiliki makna mendalam yang mencerminkan penghormatan kepada orang tua, penyatuan dua keluarga, serta ajaran tentang kewajiban, kasih sayang, dan tanggung jawab dalam berumah tangga. Prosesi ini tidak hanya berfungsi Sebagai tradisi budaya, tetapi juga mengandung nilai moral dan pendidikan bagi generasi penerus. Dengan demikian, upacara panggih perlu dilestarikan karena mengandung ajaran luhur tentang kehidupan kebersamaan, dan keharmonisan keluarga.


F. PENUTUP REFLEKTIF

       Menurut saya, upacara Panggih memiliki nilai budaya yang sangat luhur karena di dalamnya terkandung ajaran tentang bakti kepada orang tua, penghormatan antar keluarga, serta tanggung jawab suami istri dalam membangun rumah tangga. Tradisi ini tetap relevan di zaman sekarang, meskipun banyak pasangan yang memilih pernikahan modern, karena nilai simbolisnya mengajarkan pentingnya menjaga hubungan harmonis, gotong royong, dan ketulusan dalam kehidupan berumah tangga. Pelaksanaan bisa saja disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan, tetapi makna filosofisnya tetap layak dipertahankan sebagai warisan budaya yang memperkuat identitas bangsa.


Keterangan : Laporan ini ditulis berdasarkan video upacara Panggih pada channel Youtube Praya Visual (https://www.youtube.com/watch?v=We0nKw1qT3g) Senin, 11 Agustus 2025.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun