Mohon tunggu...
bilqis nur aliza nugroho
bilqis nur aliza nugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa

semoga membantu

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bijak Berbahasa Di Era Digital: Santun, Benar, dan bermakna

25 September 2025   06:55 Diperbarui: 25 September 2025   06:54 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Era digital membuat komunikasi berlangsung semakin cepat, terbuka, dan tanpa batas. Media sosial, aplikasi pesan singkat, hingga forum daring kini menjadi ruang utama masyarakat untuk berbagi informasi dan pendapat. Namun, di balik semua kemudahan itu, masih sering kita jumpai penggunaan bahasa yang kasar, singkatan berlebihan, atau komentar yang menyinggung. Hal ini menunjukkan bahwa ajakan untuk berbahasa dengan santun dan benar semakin mendesak, terutama bagi generasi muda yang paling aktif menggunakan media digital.

Bahasa yang benar merujuk pada aturan tata bahasa, struktur kalimat, dan ejaan yang sesuai. Dengan bahasa yang benar, pesan dapat tersampaikan secara jelas dan tidak menimbulkan kebingungan. Sementara itu, bahasa yang santun menekankan pada cara menyampaikan pesan dengan penuh rasa hormat. Pilihan kata yang tepat, nada yang sopan, serta cara penyampaian yang tidak merendahkan pihak lain menjadi kunci utama. Kombinasi keduanya menjadikan komunikasi lebih bermakna: jelas sekaligus menyenangkan untuk didengar atau dibaca.

Contoh kecil bisa dilihat dalam aktivitas sehari-hari di media sosial. Komentar seperti "Saya kurang setuju, tapi argumenmu menarik untuk dipikirkan lagi" akan memberikan kesan positif, berbeda dengan komentar "Omonganmu ngawur, nggak ada gunanya" yang justru menutup ruang diskusi. Padahal, isi pesan keduanya sama-sama berupa ketidaksetujuan. Perbedaan ada pada pilihan kata. Kalimat yang santun membuka peluang dialog, sedangkan kalimat kasar berpotensi menimbulkan pertengkaran.

Generasi muda, khususnya pelajar dan mahasiswa, berada di garis depan penggunaan media sosial. Mereka tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga kreator konten yang berpengaruh pada ribuan bahkan jutaan orang. Dengan bahasa yang santun dan benar, mereka bisa menjadikan media sosial sebagai ruang inspirasi, tempat berbagi ilmu, dan ajang kolaborasi. Satu unggahan positif mampu menggerakkan banyak orang, sementara satu komentar negatif bisa menimbulkan konflik berkepanjangan.

Selain itu, kebiasaan berbahasa juga berhubungan erat dengan citra diri. Di lingkungan akademik, bahasa yang rapi dan sesuai aturan mencerminkan pola pikir yang matang. Dalam dunia kerja, komunikasi yang sopan menunjukkan profesionalitas dan kedewasaan sikap. Tidak sedikit perusahaan atau lembaga pendidikan yang menilai jejak digital sebelum menerima seseorang. Jejak bahasa yang santun tentu akan meninggalkan kesan baik, sedangkan bahasa yang kasar dapat merugikan pemiliknya di kemudian hari.

Kesadaran menjaga bahasa bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga bagian dari tanggung jawab sosial. Bahasa yang santun menciptakan suasana damai, meminimalisasi konflik, dan memperkuat rasa kebersamaan. Lebih jauh lagi, cara kita berbahasa juga menjadi cermin budaya bangsa. Bangsa yang terbiasa berbahasa santun akan dipandang memiliki peradaban yang luhur dan berkarakter.

Gerakan "Ayo Berbahasa dengan Baik, Benar, dan Santun" hadir sebagai pengingat sekaligus ajakan kolektif. Masyarakat diajak untuk bijak menggunakan kata, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Media sosial seharusnya menjadi sarana untuk membangun, bukan menjatuhkan. Dengan memilih bahasa yang tepat, setiap orang bisa ikut menciptakan ruang digital yang sehat, ramah, dan bermanfaat.

Pada akhirnya, bahasa bukan sekadar alat menyampaikan pesan, melainkan juga cerminan etika, kepribadian, dan martabat bangsa. Menjaga bahasa berarti menjaga diri sendiri, menghargai orang lain, dan mengangkat nama baik bangsa di mata dunia. Di era digital yang serba cepat ini, mari bersama-sama berkomitmen menggunakan bahasa yang santun dan benar, agar setiap interaksi yang terjalin tidak hanya informatif, tetapi juga bermakna dan penuh nilai kemanusiaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun