Retorika, sebagai seni dan ilmu komunikasi persuasif, memainkan peran penting dalam kesuksesan tutur pidato. Dalam artikel ini, kami akan menganalisis penggunaan retorika dalam dua pidato yang berbeda: pidato Surya Paloh, seorang tokoh politik nasional, dan pidato Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, pada peringatan HUT ke-78 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Analisis Penggunaan Kosakata Baku dalam Pidato Surya Paloh
Temuan penelitian menunjukkan bahwa Surya Paloh cenderung menggunakan kosakata baku dalam pidatonya. Hal ini dipengaruhi oleh konteks komunikasi lisan dalam pidato resmi dan kesadaran akan pentingnya kepatuhan terhadap kaidah bahasa Indonesia. Penggunaan kata baku memiliki beberapa fungsi penting:
- Pemersatu Gagasan: Penggunaan kata baku menyatukan gagasan tentang program partai Nasdem dalam mendukung kemajuan pemerintahan Indonesia.
- Pemberi Kekhasan Kepribadian: Kata baku mencerminkan kepribadian Surya Paloh yang tegas, disiplin, nasionalis, dan ambisius.
- Pembawa Kewibawaan: Pemilihan kata baku secara prosedural menunjukkan pemahaman dan penghormatan Surya Paloh terhadap kaidah bahasa Indonesia.
- Kerangka Acuan: Penggunaan kata baku memberikan acuan bagi para pemerhati dan pendengar pidato Surya Paloh, menegaskan kemampuan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Analisis Pidato Presiden Joko Widodo
Pidato Presiden Joko Widodo pada peringatan HUT ke-78 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia menjadi momen penting dalam agenda politik Indonesia. Dalam pidatonya, Presiden Joko Widodo menyampaikan visi, kebijakan, dan tujuan pemerintahan kepada publik. Meskipun tidak disediakan data konkret, pidato ini tetap efektif dalam mengkomunikasikan pesan-pesan penting kepada publik. Presiden Joko Widodo juga menggunakan pendekatan pathos untuk merespons topik tertentu dan menghadirkan pesan-pesan emosional kepada audiens.
Kehadiran retorika dalam tutur pidato, seperti yang dijelaskan oleh Oka dan Basuki, memainkan peran penting dalam mempengaruhi dan mempersuasi audiens. Penggunaan kosakata baku dalam pidato Surya Paloh mencerminkan keberpihakan pada kaidah bahasa Indonesia, sementara pidato Presiden Joko Widodo menunjukkan kemampuan dalam mengkomunikasikan pesan-pesan penting kepada publik dengan pendekatan yang efektif. Dengan demikian, retorika tetap menjadi elemen kunci dalam kesuksesan tutur pidato dalam berbagai konteks, baik dalam ranah politik maupun lainnya.
Pada dasarnya Retorika dan Komunikasi adalah hal yang tidak bisa di pisahkan apalagi dalam berpidato seperti pada contoh di atas. Saya Bilmantassya Alfatah Rahmat adalah manusia yang tak luput dari salah maupun lupa. Maka dari itu saya ingin meminta maaf jika ada kekurangan maupun salah ketik dalam artikel yang saya tulis. Tujuan saya dari menulis artikel ini ialah saya ingin untuk menjelaskan perkembangan bahasa komunikasi dalam retorika yang dimana Retorika dan Komunikasi ialah dua hal yang tidak bisa di pisahkan. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi yang membaca. Terima kasih saya ucapkan dan sampai jumpa.