Dahulu, halte Transjakarta adalah simbol kemajuan Jakarta. Infrastruktur modern dengan desain elegan, dilengkapi kaca bening dan struktur besi yang kokoh, menjadi kebanggaan warga Ibukota.
Namun hari ini, pemandangan yang tersaji, justru memilukan. Di berbagai sudut Jakarta, halte-halte yang dulu megah, kini berubah menjadi luka menganga yang merusak wajah kota.
Perjalanan dari Jakarta ke Bekasi tadi siang (7/0/2025), menyajikan pemandangan yang tak terduga: Halte Raya Bekasi Pulogebang, yang dulu berfungsi dengan baik, kini hanya menyisakan rangka telanjang.
Kaca dan pelat besi hilang entah kemana, meninggalkan struktur berlubang yang dipenuhi tulisan vandalisme. Lampu penerangan tidak ada, memberi kesan horor.
Pemandangan serupa, tersebar di berbagai titik strategis Jakarta, mulai dari Tosari di Jalan Jenderal Sudirman hingga Cawang di Jakarta Timur.
Transjakarta yang diluncurkan pada tahun 2004 menjadi kebanggaan Jakarta sebagai sistem Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Indonesia.
Halte-halte modern dengan desain futuristik menjadi daya tarik tersendiri, tidak hanya bagi pengguna transportasi publik, tetapi juga wisatawan yang kagum dengan kemajuan infrastruktur Ibukota.
Kini, kebanggaan itu sirna. Halte BNN Lama di Cawang, menjadi saksi bisu bagaimana infrastruktur yang tidak terawat dapat berubah menjadi mimpi buruk perkotaan.
Pelat besi dan kaca halte hilang, diduga akibat pencurian sistematik, meninggalkan rangka bangunan yang berlubang seperti tulang belulang raksasa di tengah kota.
Yang lebih menyedihkan lagi, area di bawah halte, kini menjadi tempat pembuangan sampah plastik, pecahan kaca, dan sisa-sisa pembakaran.