Indonesia tengah menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah sisa makanan.
Menurut laporan United Nations Environment Programme (UNEP) bertajuk "Food Waste Index Report 2021," Indonesia menjadi negara dengan produksi sampah sisa makanan terbanyak di Asia Tenggara, dengan total mencapai 20,93 juta ton per tahun.
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menyoroti bahwa sampah sisa makanan atau food waste masih menjadi penyumbang mayoritas komposisi sampah di Indonesia, dengan sebagian besar berakhir di tempat pemrosesan akhir (TPA).
Data di atas, menunjukkan kepada kita bahwa sekitar 39,87% dari total sampah di Indonesia merupakan sisa makanan.
Angka ini tidak hanya mencerminkan pemborosan sumber daya pangan, tetapi juga menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan.
Sampah makanan yang membusuk di TPA menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca yang berpotensi mempercepat perubahan iklim.
Selain itu, pemborosan makanan berarti pemborosan sumber daya alam yang digunakan dalam produksi pangan, seperti air, lahan, dan energi.
Tulisan ini, hendak menggali apa itu food waste, penyebab pemborosan makanan, dampak negatif dari pemborosan makanan, dan langkah-langkah untuk mengurangi sampah makanan.
Apa Itu Food Waste?
Sebelum melangkah lebih jauh, kita perlu memahami apa itu sampah sisa makanan atau food waste. Bayangkan peristiwa-peristiwa berikut ini.