Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Blogger

Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024 | Konsisten mengangkat isu-isu yang berhubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama yang terpantau di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Mengapa Sebagian Warga Jakarta Korban Banjir Menolak Tinggal di Rusun?

4 Maret 2025   21:41 Diperbarui: 6 Maret 2025   14:00 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan terdampak banjir pada Selasa (4/3/2025) | KOMPAS.COM

Beberapa alasan utama yang menyebabkan penolakan tersebut antara lain sebagai berikut:

Pertama, kenyamanan dan keterikatan dengan lingkungan saat ini. Banyak warga telah tinggal di lokasi mereka saat ini selama bertahun-tahun, bahkan turun-temurun.

Mereka telah menjalin hubungan sosial yang kuat dengan tetangga dan komunitas sekitar, sehingga enggan meninggalkan lingkungan yang sudah mereka kenal.

Pindah ke rusun berarti harus beradaptasi lagi dengan lingkungan baru yang mungkin tidak seakrab lingkungan lama mereka.

Kedua, kekhawatiran terhadap biaya sewa dan beban ekonomi. Meskipun pemerintah menawarkan biaya sewa yang sangat terjangkau, masih ada kekhawatiran di kalangan warga bahwa biaya ini dapat meningkat di masa mendatang.

Banyak warga takut bahwa setelah beberapa bulan, biaya sewa akan naik atau ada biaya tambahan yang belum mereka pahami sepenuhnya.

Ketiga, mata pencaharian yang terganggu. Banyak warga di daerah rawan banjir bekerja sebagai pedagang kecil, tukang ojek, atau pekerja harian yang bergantung pada lokasi tempat tinggal mereka.

Relokasi ke rusun yang jauh dari lokasi usaha mereka berpotensi mengganggu mata pencaharian mereka.

Misalnya, seorang pedagang makanan yang sudah memiliki pelanggan tetap di lingkungan lama bisa kehilangan pendapatannya jika harus pindah ke tempat yang belum tentu memiliki pasar yang sama.

Keempat, ketidakbiasaan tinggal di hunian vertikal. Sebagian besar warga yang tinggal di daerah rawan banjir terbiasa dengan rumah tapak.

Mereka merasa canggung atau tidak nyaman dengan kehidupan di rusun yang memiliki aturan tertentu, seperti pembatasan dalam penggunaan ruang bersama, aturan parkir, dan sistem keamanan yang lebih ketat dibandingkan lingkungan rumah tapak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun