Kecamatan Saparua di Kabupaten Maluku Tengah memiliki potensi besar sebagai pusat sejarah, budaya, dan pariwisata.
Terkenal dengan peninggalan Benteng Duurstede serta pesona pantai-pantainya, Saparua sering menjadi tujuan wisatawan lokal maupun mancanegara.
Namun, pesona kecamatan ini tercoreng oleh masalah infrastruktur yang tak kunjung terselesaikan, terutama kondisi jalan raya dari Negeri Haria menuju pusat Kecamatan Saparua Kota.
Kondisi ini telah menjadi sorotan publik sejak beberapa tahun lalu. Pada 2021, masyarakat sempat mengekspresikan kekecewaannya dengan cara simbolis: menanam anakan pisang dan kelapa di jalan-jalan berlubang.
Aksi ini mencerminkan rasa frustrasi terhadap pemerintah yang dinilai lamban merespons kebutuhan dasar masyarakat, yaitu akses jalan yang layak. Namun, apakah ada perubahan yang signifikan sejak itu?
Ketika saya dan istri tiba di pulau ini, kami melintasi ruas jalan Batu Bakar menuju Saparua Kota, lubang-lubang yang dahulu menganga, memang tampak ditutup dengan tanah putih.
Sayangnya, solusi ini tidak permanen. Ketika hujan turun, tanah tersebut berubah menjadi lumpur yang licin dan perlahan terkikis, meninggalkan lubang yang sama seperti sebelumnya.
Masalah ini menimbulkan pertanyaan penting: Mengapa perbaikan jalan Haria-Saparua tidak kunjung tuntas? Apakah kendalanya terletak pada ketiadaan dana, kurangnya prioritas dari pemerintah, atau justru lemahnya koordinasi antar-instansi?
Pentingnya Infrastruktur Jalan yang Memadai
Jalan raya bukan hanya fasilitas fisik, tetapi juga urat nadi bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.