Saya bersyukur punya mental cukup kuat untuk menertawakan kembali pandangan-pandangan miring tersebut karena saya tahu pustakawan memang kerjanya "itu-itu saja". Saking itu-itu saja bahkan untuk mengikuti diklat perpustakaan di Perpustakaan Nasional pun susah sekali, dengan persyaratan yang PNS/ASN golongan sekian.Â
Pada akhirnya perasaan nano-nano ini memang menjadi warna bagi pustakawan dalam perjalanannya sebagai bagian dari profesi yang memiliki asosiasi profesi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI).Â
Salah satu tujuannya pun untuk memajukan dan mempromosikan profesi dan meningkatkan kompetensi anggotanya. Maka tujuan profesi tersebut pastinya memiliki beragam warna dan rasa yang perlu disatukan agar tercapai tujuannya.
Menjadi pustakawan di Indonesia memang akan bermuara pada 2 hal, berkembang atau jalan di tempat. Tentu dengan perasaan nano-nano juga. Saya pribadi pada akhirnya memaksa diri untuk mengikuti pelatihan entah dalam bentuk seminar atau sosialisasi atau diklat yang persyaratannya masih  masih bisa saya penuhi agar perasaan nano nano ini tidak menjadi rasa bersalah karena tidak mengambil jurusan seperti ekonomi, hukum atau hubungan internasional.Â
Menitik beratkan pada keinginan untuk mencari ilmu dan peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sesuatu dalam pekerjaan saya saat ini.
Setidaknya itulah yang saya rasakan menjadi pustakawan di Indonesia ini.