Untuk itu, budayakan untuk stop plastik kresek saat belanja sayur di tukang sayur, di supermarket, di warung-warung, dan di semua tempat perbelanjaan. Siapkan kantong belanja sendiri di mobil, tas, motor, dan gunakan saat membeli apapun. Bawa tumbler sendiri dan isi dengan air mineral dari rumah. Bawa cup sendiri untuk kopi jika membeli sistem to go. Yuk, pasti bisa.
2. Naik Kendaraan Umum
Sarana transportasi yang ada di Indonesia terus diperbaiki. Khususnya di kota besar apalagi di ibu kota, transportasi umum makin ramah lingkungan. Maka, abaikan gengsi nyetir mobil atau motor sendiri ke kantor, sekolah, tempat les, mall, atau kemanapun tujuannya dan beralihlah ke kendaraan umum. Gas buang dari kendaraan bermotor adalah penyumbang emisi karbon terbanyak.
Asap kendaraan bertahan lama di udara dan memerangkap matahari di atmosfer menyebabkan suhu udara jadi lebih panas. Jadi, jika ingin kualitas udara lebih baik, sudahi kebiasaan nyetir sendiri kemana-mana karena ini sama sekali tidak keren. Selain jadi sumber polusi, pertimbangkan juga tarif parkir yang selangit. Nah, mending naik kendaraan umum, kan.
3. Gencarkan Bank Sampah
Perubahan tanpa adanya kompensasi tampaknya memang masih sulit terjadi di masyarakat. Namun gerakan bank sampah bisa jadi pintu masuk untuk masyarakat mengubah cara mereka mengelola sampah. Rumah tangga yang tadinya terbiasa mencampur sampahnya akan mulai belajar memilah karena ada imbalan berupa uang tabungan dari sampah itu tadi.
Sebenarnya, di Indonesia sudah ada 11.516 bank sampah yang tersebar di 363 kabupaten. Lewat bank sampah, selain untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga, bisa dijadikan sarana edukasi pentingnya mengolah sampah. Sampah rumah tangga di Jakarta saja sudah sangat memprihatinkan apalagi jika ditambah dari kota-kota lain. Kalau ada bank sampah jangan lupa join, ya.
4. No Styrofoam
Siapa bilang limbah plastik lah yang paling berperan menyumbang emisi karbon. Wadah Styrofoam yang biasa membungkus bubur ayam favorit ternyata sama bersalahnya. Perlu 1000 tahun untuk bisa mengurai Styrofoam, lho. Parahnya lagi, Styrofoam baru bisa didaur ulang atau dihancurkan dengan teknologi super mahal.
Yang bisa dilakukan generasi sekarang adalah dengan menggunakan wadah makan ramah lingkungan. Jika memiliki usaha kuliner, ganti packaging dengan yang lebih ramah lingkungan. Sekarang sudah mulai banyak wadah dari bahan organik yang tahan air. Untuk konsumen, usahakan membawa wadah sendiri ketika membeli makanan untuk dibawa pulang. Repot sedikit untuk masa depan lebih baik.
5. Jangan Buang Sampah Sembarangan!
Perilaku membuang sampah di sembarang tempat masih sulit dihilangkan dari masyarakat apalagi di lingkungan padat penduduk. Banyak orang gemar membuang sampah di selokan, sungai, lahan kosong, dan tempat-tempat yang tidak semestinya. Perilaku ini sangat mendasar dan perlu usaha keras memeranginya.
Pengelolaan sampah dimulai dengan mengubah cara membuangnya. Jika belum bisa memilah, minimal buanglah di tempat sampah dan jangan di lingkungan sekitar. Selain menimbulkan masalah seperti banjir atau tanah longsor, sampah menggunung juga menimbulkan pencemaran lingkungan yang berefek pada meningkatnya emisi karbon.
6. Tanam Pohon, Jaga Kebersihan Laut dan Pantai
Usahakan menanam pohon pada lahan di rumah dan lahan-lahan kosong di lingkungan sekitar. Tujuannya agar semakin banyak produksi oksigen yang dihasilkan dari pohon-pohon ini lalu bisa menyerap emisi karbon. Selain itu, jaga laut dan pantai tetap bersih dengan tidak membuang sampah sembarangan. Sampah selalu berakhir di laut, lho.
Oksigen yang dihasilkan oleh laut sangat besar bahkan lebih besar daripada yang dihasilkan hutan. Untuk itu, selain memperbanyak pohon, mengurangi penebangan liar, menjaga laut agar tetap bersih juga sangat penting. Ini semua bisa dimulai dari budaya menjaga lingkungan sekitar tetap bersih misalnya buang sampah di tempat sampah, bukan di selokan.