Mohon tunggu...
Sugeng Big
Sugeng Big Mohon Tunggu... -

seorang yang pingin sharing arti kehidupan dari orang yang saya temuai baik langsung maupun tidak langsung termasuk kepada sesama kompasianer

Selanjutnya

Tutup

Money

Stasiun Gambir

6 Juli 2011   03:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:54 2859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

STASIUN GAMBIR

Sudah 5 tahunan saya secara rutin menyambangi Stasiun Gambir. Biasanya saya datang ke Stasiun Gambir pada Jumat sore/malam untuk melakukan perjalan rutin ke Jogja  dan datang kembali pada Senin Pagi. Secara fisik ada perubahan yang menyolok yang saya lihat di Stasiun Gambir, misalnya penataan warung makanan  di samping stasiun.

Perubahan yang lain adalah makin agresipnya pihak pengelola menyewakan bangunan untuk restoran dan penataan untuk perkantoran (ATM Center, kantor pos, travel dan BNI dan BRI). Ruangan Customer Service dan Satpam berada di luar sebelah pintu masuk. Di dalam stasiun juga ditata seperti Toilet gratis  dan Musolla mini. (Saya lihatnya toiletnya masih baru tapi kok sudah banyak yang rusak. Padahal di situ ada cleaning service yang selalu menjaga. Mungkin kualitas toiletnya kurang bagus sehingga gampang rusak). Perubahan lain yang saya lihat adalah pemisahan pintu masuk dan pintu keluar yang belakangan dicabut lagi. Nggak tahu kenapa, mungkin untuk memenuhi aspirasi para penyewa ruangan atau ada alasan lainnya.

Ada lagi penataan tempat parkir. Jika anda menggunakan mobil tidak perlu khawatir tidak kebagian tempat parkir karena sangat luas, bahkan parkir nginappun bisa (tapi tarifnya dihitung per jam, misalnya untuk mobil jumat sore sampai senin pagi maka tarifnya pasti di atas Rp 100 ribu). Bahkan Masjid yang cukup luas,  yang tadinya berada di ujung sebelah utara stasiun sekarang dipindah ke sebelah barat stasiun. Mungkin karena alasan bahwa tanah di bekas Masjid lama lebih bernilai ekonomis tinggi dan yang penting sudah menyediakan tempat ibadah sebagaimana tuntutan UU.

Ada satu hal yang menurut saya kurang terperhatikan. Memang dengan penataan seperti itu pihak pengelola Stasiun Gambir akan memperoleh other income antara lain dari parkir, uang sewa ruangan sehingga dapat menutup biaya operasional pengelolaan stasiun. Tapi pernahkan para pelanggan merasa tambah nyaman dengan semua ini?  Kalau para penumpang dianggap sebagaipelanggan, maka saya merasa "biasa-biasa" saja.


  1. Buktinya adalah ketika kita sebagai penumpang harus antri tiket (untuk penjualan langsung), kita dibiarkan antri berdiri dalam ruangan yang panas tanpa kipas angin tanpa AC (sementara pegawai yang melayani tiket berada pada ruangan ber AC, kalau begitu siapa melayani siapa?). Hal yang sama juga pada loket pemesanan. Padahal para penumpang itulah sesungguhnya yang menopang bisnis inti PT KA, termasuk jika sepi penumpang di Stasiun Gambir, mana ada restoran yang mau nyewa. Apa hanya beli kipas angin saja tidak mampu? Saya bisa bandingkan loket pemesanan di Stasiun Tugu Yogyakarta. Antrian sudah menggunakan nomor dan ruangan ber AC (mesti AC nya tidak terlalu dingin) dan ada toilet  dan tersedia tempat duduk. Jadi lebih manusiawi
  2. Fasilitas lain yang menurut saya perlu diperhatikan adalah tangga untuk turun dari stasiun. Untuk naik dari lantai satu ke lantai tiga stasiun telah disediakan eskaltor maupun menggunakan tangga biasa. Namun pada saat penumpang turun dari kereta dan mau ke bawah tidak tersedia eskalator. Saya melihat kasihan penumpang yang membawa barang. Mungkin tangga untuk jalan perlu dikasih jalur di tengahnya sehingga memudahkan penumpang yang membawa koper beroda. Sukur-sukur kalau ada eskaltor untuk turun.


Nah kira-kira dengan pendapatan sewa yang begitu besar, saya tidak yakin kalau Stasiun Gambir tidak mampu untuk menyediakan loket pemesanan dan penjualan yang lebih representatif. Kecuali kalau para pimpinan seperti KSB, Kadaop dan pengelola stasiun tidak melihat kita para pemakai jasa sebagai sumber pendapatan PT KA. Saya yakin jika ada kemauan pasti bisa terwujud.

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun