Mohon tunggu...
BIDADARI PERTIWI
BIDADARI PERTIWI Mohon Tunggu... mahasiswa

haiiii nama ku bidadari pertiwi, panggil aja bida. aku sekarang lagi kuliah di malang dan pengen nyari hobi yang bermanfaat buat keberlangsungan ku di kampus. aku baru belajar nulis sih, tapi semoga dengan awal ini aku bisa jadi penulis yang lebih baik. salam kenalllll:D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perjalanan Kuliner Nusantara dari Abad ke-16 Hingga Abad ke-19

13 Juni 2025   18:00 Diperbarui: 10 Juni 2025   11:23 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menelusuri Sejarah Perkembangan Kuliner Nusantara dari Abad ke-16 Hingga abad ke-19

Bidadari Pertiwi

Email: bidadari.pertiwi.2407326@students.um.ac.id

Abstrak

Keberagaman dan luasnya jenis makanan yang ada di Indonesia merupakan bukti bahwa Indonesia memiliki berbagai macam cara untuk mengolah sumber makanan yang ada. Keberagaman dalam cita rasa dan kuliner ini tidak semata-mata muncul begitu saja, namun melalui perjalanan sejarah yang Panjang.  Kedatangan Eropa di abad ke-16 hingga kedatangan Jepang di abad ke-20 serta bangsa-bangsa lain juga sangat berdampak terhadap perkembangan kuliner di Indonesia. Namun, perjalanan kuliner Indonesia bukan berarti baru dimulai saat bangsa Eropa datang di abad ke-16, melainkan kuliner Indonesia sudah mulai berkembang sejak abad ke-10, enam abad sebelumnya. Banyaknya macam makanan yang ada di Indonesia terjadi akibat akulturasi antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain yang pernah singgah di Indonesia seperti Cina, India, Inggris, Jepang, Belanda, dan bangsa-bangsa lainnya. Artikel ini bertujuan untuk menelusuri dan memaknai sejarah kuliner Indonesia yang Panjang dan beragam, serta untuk mengetahui apa saja interaksi yang telah terjadi di antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain yang dapat memengaruhi terciptanya jenis makanan baru di Nusantara.

Kata kunci: Makanan, Perkembangan Kuliner, Budaya, Nilai

Abstract

The diversity and breadth of food types in Indonesia is proof that Indonesia has various ways to process existing food sources. This diversity in taste and cuisine did not just appear out of nowhere, but through a long historical journey. The arrival of Europe in the 16th century to the arrival of Japan in the 20th century and other nations also had a huge impact on the development of culinary in Indonesia. However, Indonesia's culinary journey did not just start when the Europeans arrived in the 16th century, but Indonesian cuisine had begun to develop since the 10th century, six centuries earlier. The many types of food in Indonesia are the result of acculturation between the Indonesian people and other nations that have stopped in Indonesia such as China, India, England, Japan, the Netherlands, and other nations. This article aims to trace and interpret the long and diverse history of Indonesian cuisine, as well as to find out what interactions have occurred between the Indonesian people and other nations that can influence the creation of new types of food in the archipelago.

Key words: Food, Food Development, Culture, Value

PENDAHULUAN

Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia yang tidak dapat digantikan.
Sejak zaman pra-sejarah, mencari makanan merupakan kegiatan utama yang dilakukan manusia. Dalam buku Sapiens: Riwayat Singkat Umat Manusia karya sejarawan Israel, Yuval Noah Harari, kebudayaan baru bisa dibangun setelah manusia mengalami evolusi dalam penyediaan makanan (Harari, 2017). Pencarian makanan kemudian berkembang, kini mencari dan mengolah makanan bukan hanya dilakukan sebagai jawaban atas kebutuhan pangan, melainkan juga sebagai hobi dan pekerjaan seiring dengan meningkatnya kemampuan intelektual manusia (Toussaint-Samat, 2009). Makanan memiliki fungsi yang besar dan signifikan dalam fungsi biologis manusia, diantaranya memberi energi yang diperlukan untuk melakukan aktifitas, memelihara metabolisme, memberi pertahanan terhadap penyakit dan mengganti jaringan tubuh yang telah rusak (Notoatmodjo, 2003). Hari-hari ini makanan tidak hanya dilihat dari aspek biologis saja, melaikan juga dilihat dari aspek sejarah, politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun