Korban dan Pelaku: Dua Sisi Luka yang Sama
Korban menyimpan trauma, pelaku menumpuk rasa bersalah bercampur kecanduan kuasa. Keduanya produk ekosistem yang gagal memvalidasi emosi dan menegakkan batas. Menyasar salah satu saja berarti membiarkan lingkaran kekerasan tetap hidup.
Jalan Keluar
1. Level Rumah
- Program Parenting Berbasis RW - Mengadakan pertemuan rutin warga setiap akhir pekan untuk membahas pola asuh yang tepat, melibatkan kader PKK dan posyandu sebagai fasilitator, dengan materi pencegahan bullying dan pengelolaan emosi anak.
- Kelas Ayah Aktif Tiap Akhir Pekan - Membuat jadwal khusus ayah untuk bermain dan berdialog dengan anak minimal 10 menit setiap hari, mengikis fatherless fungsional melalui kegiatan praktis seperti olahraga bersama dan mendongeng.
- Program "Pelukan Harian & Dialog 10 Menit" - Melatih orang tua untuk memberikan pelukan tanpa syarat setiap hari dan menciptakan waktu khusus mendengarkan keluh kesah anak tanpa menghakimi, membangun kedekatan emosional yang mencegah anak mencari validasi melalui kekerasan.
2. Level Sekolah
- TPPK Wajib Publikasi Laporan Triwulanan - Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di setiap sekolah harus menerbitkan laporan terbuka setiap tiga bulan yang berisi jumlah kasus, penanganan, dan tindak lanjut, mencegah denial dari pihak sekolah dan meningkatkan transparansi.
- Skema "Teman Pelindung" (Buddy System) - Setiap siswa baru dipasangkan dengan siswa senior sebagai pendamping, diawasi oleh guru BK, dengan sistem pelaporan rahasia melalui kotak pengaduan atau aplikasi khusus sekolah.
- Terapi Kognitif Perilaku untuk Siswa Berisiko - Sekolah dapat menyediakan sesi konseling terjadwal menggunakan metode CBT untuk siswa yang menunjukkan kecenderungan agresif atau menjadi korban bullying berulang, hal ini terbukti efektif menurunkan angka bullying hingga 24%.
2. Level Pemerintah
- Integrasi Data SIMFONI-PPA & Kemendikbud - Menghubungkan sistem pelaporan kekerasan anak dengan data pendidikan untuk pemetaan sekolah rawan bullying, memungkinkan intervensi cepat dan alokasi sumber daya yang tepat sasaran.
- Anggaran BOS Afirmasi Khusus Sekolah "Zona Merah"Â - Sekolah dengan tingkat bullying tinggi mendapat tambahan dana BOS untuk mempekerjakan psikolog tetap, pelatihan guru intensif, dan program pencegahan khusus yang disesuaikan dengan karakteristik daerah.
- Sanksi Tegas bagi pihak menyangkal - Pihak yang mengecilkan kasus bullying atau menolak transparansi data dikenai sanksi administratif
Bullying bukan sekadar "nakal" atau "canda berlebihan"; ia adalah alarm keras bahwa kita orang dewasa di rumah, sekolah, dan pemerintahan---sedang absen. Anak yang hari ini menampar temannya bisa jadi kemarin ditampar realitas di rumahnya. Bila kita masih sibuk menakar luka mana yang "serius" dan mana yang "ringan", esok kita kehilangan generasi utuh yang mampu mencintai dirinya, lalu mencintai bangsanya. Saatnya berhenti mencari kambing hitam dan mulai hadir.
- SELAMAT HARI ANAK NASIONAL, 23 Juli 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI