Mohon tunggu...
Bhumi Literasi Anak Bangsa
Bhumi Literasi Anak Bangsa Mohon Tunggu... Penerbit

Dengan membaca kita mengenal dunia. Dengan menulis kita dikenal dunia. 🌍🖋️

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

STOP Anarkisme: Jaga Fasilitas Umum, Jaga Kehidupan Bersama

1 September 2025   19:01 Diperbarui: 1 September 2025   19:01 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Catatan Harian (sumber: @rimut.id)

Kemarahan adalah hal yang wajar. Setiap manusia memiliki batas kesabaran ketika menghadapi ketidakadilan atau tekanan sosial. Namun, yang perlu diingat adalah bagaimana cara kita menyalurkan kemarahan tersebut. Ketika emosi berubah menjadi tindakan anarkis seperti pembakaran, perusakan fasilitas umum, dan penjarahan, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh pihak yang dituju, melainkan juga masyarakat luas.

Perlu disadari bahwa fasilitas umum adalah milik bersama. Jalan raya, halte bus, sekolah, hingga pasar tradisional adalah sarana yang setiap hari digunakan oleh masyarakat. Jika fasilitas tersebut dirusak, yang akan merasakan kesulitan bukan hanya pihak tertentu, melainkan semua orang, termasuk keluarga kita sendiri.

Pembakaran dan perusakan fasilitas umum seringkali dianggap sebagai "pelampiasan" dari kekecewaan. Padahal, dampak dari tindakan tersebut jauh lebih besar dari sekedar amarah sesaat. Api yang membakar bangunan publik bisa merenggut mata pencaharian banyak orang dan meninggalkan trauma berkepanjangan bagi masyarakat sekitar.

Penjarahan juga bukanlah solusi. Barang yang dijarah mungkin terlihat sebagai keuntungan singkat, tetapi sesungguhnya itu merampas hak orang lain. Para pedagang kecil, yang menggantungkan hidup dari dagangan sehari-hari, kehilangan harapan ketika barang mereka dirampas begitu saja. Kehilangan itu bisa menghentikan roda ekonomi keluarga kecil yang tak tahu menahu soal masalah yang memicu kericuhan.

Kita juga harus mengingat bahwa hidup tidak berhenti pada hari ini. Setelah gejolak reda, kehidupan akan tetap berjalan. Esok masih ada ayah yang bekerja untuk menghidupi keluarga, ibu yang pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan harian, dan anak-anak yang berangkat ke sekolah menggunakan fasilitas umum yang sama. Jika fasilitas tersebut hancur, maka kehidupan sehari-hari masyarakat akan semakin berat.

Kemarahan bisa disalurkan dengan cara yang lebih bermartabat. Demonstrasi damai, dialog dengan pihak berwenang, dan penyampaian aspirasi melalui jalur hukum adalah bentuk perlawanan yang tetap menjaga martabat bangsa. Dengan cara ini, suara masyarakat tetap terdengar tanpa harus mengorbankan kepentingan bersama.

Tindakan anarkis hanya menciptakan lingkaran kerugian. Negara harus mengeluarkan anggaran besar untuk memperbaiki fasilitas umum yang rusak, pedagang harus menanggung kerugian dari barang yang dijarah, dan masyarakat luas harus menanggung ketidaknyamanan akibat hilangnya sarana publik. Semua ini justru memperburuk kondisi sosial dan ekonomi bangsa.

Sebagai sesama anak bangsa, kita perlu saling menghormati dan melindungi. Menolak anarkisme bukan berarti menolak protes, melainkan menolak cara yang merugikan orang banyak. Kritik tetap penting, aspirasi tetap harus disuarakan, tetapi dengan cara yang membangun, bukan menghancurkan.

Ingatlah bahwa bangsa ini dibangun atas kerja keras dan pengorbanan bersama. Merusaknya dengan tindakan anarkis sama saja seperti melukai diri sendiri. Apa yang kita bakar hari ini mungkin akan menjadi kesulitan bagi keluarga kita sendiri di masa depan.

Oleh karena itu, mari kita bersama-sama menjaga ketertiban, mengedepankan dialog, dan menghindari segala bentuk kekerasan yang merugikan. Hidup masih berjalan, dan masa depan masih harus kita songsong bersama. Dengan menjaga fasilitas umum dan menolak anarkisme, kita turut menjaga masa depan bangsa ini agar tetap kokoh dan penuh harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun