Mohon tunggu...
Demus Bezakel
Demus Bezakel Mohon Tunggu... Mahasiswa

Futsal, sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Medan Pilihan

Is It Just a Saying, or Is It True? Time to Investigate!

15 Juli 2025   11:30 Diperbarui: 15 Juli 2025   11:30 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar berbagai ucapan yang terdengar seperti nasihat, larangan, bahkan fakta yang dipercaya oleh banyak orang. Mulai dari hal-hal kecil seperti jangan makan sambil berdiri nanti ususmu turun, hingga yang lebih menyeramkan seperti mimpi gigi copot pertanda ada yang meninggal. 

Perkataan-perkataan seperti ini sudah menjadi bagian dari budaya lisan masyarakat kita, diwariskan dari generasi ke generasi. Tapi pertanyaannya adalah: apakah semua itu benar? Atau hanya sekadar kata-kata tanpa dasar? Di sinilah pentingnya kemampuan berpikir kritis dan kebiasaan menyelidiki suatu informasi sebelum kita mempercayainya.

Banyak dari ucapan-ucapan tersebut sebenarnya hanya mitos yang terlanjur diyakini sebagai kebenaran karena sering diulang. Karena terbiasa mendengarnya sejak kecil, kita cenderung menganggapnya benar tanpa pernah bertanya atau mencari tahu sumbernya. Misalnya, mitos bahwa minum es membuat gemuk, padahal secara ilmiah, air es tidak berkalori dan tidak menyebabkan kenaikan berat badan. Atau mitos bahwa duduk di atas bantal bisa menyebabkan bisul padahal bisul disebabkan oleh infeksi bakteri pada kulit, bukan karena benda yang kita duduki. Contoh lain yang sering terdengar adalah larangan memotong kuku atau rambut di malam hari. Di masa lalu, ini mungkin berkaitan dengan alasan praktis, seperti minimnya penerangan. Tapi hari ini, larangan itu sering kali tetap diikuti tanpa dipahami logikanya.

Salah satu alasan kenapa mitos seperti ini tetap hidup adalah karena kita sering menerima informasi tanpa mempertanyakan kebenarannya. Kita diajarkan untuk percaya karena "katanya begitu" atau karena "sudah dari dulu begitu". 

Di sinilah kita perlu mulai mengembangkan cara berpikir yang sehat dan kritis. Berpikir kritis bukan berarti kita harus meragukan semua hal atau menjadi keras kepala, tapi justru mendorong kita untuk menjadi lebih teliti, mempertimbangkan bukti, dan menyaring informasi sebelum menerimanya sebagai fakta.

Kebiasaan menyelidiki dan memverifikasi informasi menjadi semakin penting di era digital. Saat ini, informasi menyebar sangat cepat melalui media sosial dan platform online. Banyak "fakta" yang viral ternyata hanyalah mitos yang dikemas menarik. 

Misalnya, tips kesehatan palsu, hoaks spiritual, atau bahkan ramalan tanpa dasar yang dipercayai banyak orang hanya karena dibagikan berkali-kali. Jika kita tidak hati-hati, kita bisa ikut menyebarkan informasi yang menyesatkan dan membahayakan orang lain. Inilah sebabnya, kita perlu membiasakan diri untuk bertanya: Apakah ini hanya perkataan orang, atau memang benar? dan Apakah ada sumber yang bisa dipercaya?

Menjadi orang yang berpikir kritis bukan berarti sombong atau sok tahu. Justru dengan berpikir kritis, kita belajar untuk bersikap rendah hati terhadap kebenaran. 

Kita mau belajar, menyelidiki, dan menerima fakta meskipun bertentangan dengan apa yang selama ini kita percaya. Karena kebenaran tidak takut diuji. Bila sesuatu itu memang benar, ia akan tetap berdiri teguh meskipun diteliti dari berbagai sisi. Tapi jika sesuatu hanyalah mitos, maka cepat atau lambat akan terbongkar oleh logika dan fakta.

penting bagi kita semua baik pelajar, orang tua, guru, maupun masyarakat umum untuk mulai menumbuhkan kebiasaan menyelidiki sebelum percaya. Jangan hanya ikut-ikutan atau mempercayai karena sudah sering kita dengar. Tanyakan, pelajari, bandingkan dengan sumber yang benar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Medan Selengkapnya
Lihat Medan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun