Mohon tunggu...
Demus Bezakel
Demus Bezakel Mohon Tunggu... Mahasiswa

Futsal, sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Teguran : Pahit di Awal, Manis di Akhir

11 Juli 2025   07:19 Diperbarui: 11 Juli 2025   07:19 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak banyak orang yang suka ditegur. Bahkan ketika teguran datang dari orang terdekat yang tulus, tetap saja terasa menusuk hati. Kita merasa malu, marah, atau bahkan ingin menjauh. Teguran sering dianggap sebagai bentuk kritik, bahkan serangan terhadap harga diri kita. Padahal, jika dipahami lebih dalam, teguran bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk bertumbuh. Ia memang pahit di awal, tapi bisa menjadi manis di akhir jika kita bersedia menerimanya.

Mengapa teguran terasa begitu menyakitkan? Karena pada dasarnya, kita cenderung ingin merasa benar. Kita lebih senang dipuji daripada dikoreksi. Teguran mengusik kenyamanan, membongkar kelemahan, dan menyoroti sisi diri yang mungkin selama ini kita tutupi. Namun justru karena itulah teguran penting: ia menunjukkan bahwa masih ada orang yang peduli terhadap kita. Orang yang membiarkan kita terus melakukan kesalahan tanpa peringatan bukanlah teman sejati. Sebaliknya, orang yang berani menegur kita, walau dengan risiko ditolak atau disalahpahami, adalah orang yang peduli pada pertumbuhan kita.

Teguran sejatinya adalah cermin yang jujur. Ia menunjukkan noda dalam karakter kita yang tidak terlihat sehari-hari. Ia menyadarkan kita bahwa ada sikap, kebiasaan, atau keputusan yang harus diperbaiki. Tentu, cara seseorang menyampaikan teguran bisa memengaruhi bagaimana kita menerimanya. Tapi meskipun cara penyampaiannya kurang menyenangkan, pesan di balik teguran tetap bisa membawa kebaikan jika kita mau membuka hati. Sayangnya, banyak dari kita lebih cepat tersinggung daripada merenung.

Sikap terhadap teguran menjadi cerminan kedewasaan seseorang. Orang yang bijak tidak langsung membela diri atau menyerang balik. Ia mendengar, menimbang, dan mengambil pelajaran. Tidak semua teguran benar, tapi selalu ada pelajaran yang bisa diambil darinya. Justru ketika kita mampu menerima teguran dengan lapang dada, di situlah kita sedang bertumbuh secara emosional dan spiritual.

Dalam terang iman, teguran juga sering dilihat sebagai tanda kasih Tuhan. Ia bukan sedang menghukum, tetapi sedang membentuk. Ia menegur bukan karena ingin mempermalukan, melainkan karena ingin menyelamatkan. Firman Tuhan sendiri berkata bahwa "Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya." Jadi jika kamu merasa ditegur oleh Tuhan entah melalui orang lain, keadaan, bahkan hati nuranimu sendiri jangan abaikan. Mungkin itu cara Tuhan menarikmu kembali ke jalan yang benar.

Teguran bukan akhir dari segalanya. Ia bisa menjadi awal dari perubahan besar. Seperti obat yang pahit tapi menyembuhkan, teguran bisa memperbaiki arah hidup kita, membersihkan hati dari kesombongan, dan membawa kita menjadi pribadi yang lebih rendah hati, sabar, dan bijak. Tapi semua itu hanya bisa terjadi jika kita mau menerima teguran bukan sebagai serangan, melainkan sebagai anugerah.

Maka, lain kali ketika kamu merasa disakiti oleh teguran, ambil waktu untuk berpikir: mungkinkah ini cara Tuhan membentukku? Mungkinkah ini peluang untuk belajar dan berubah? Jangan buru-buru menolak. Jangan menutup diri. Karena meskipun teguran itu pahit di awal, jika kita menerimanya dengan hati yang terbuka, hasilnya akan manis bagi masa depan kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun