***
Brescia termenung di tempat duduk favoritnya, di kedai kopi yang sama saat Ia dan Ramya bertemu dengan Byan dua minggu lalu. Kali ini, tidak ada Ramya di depannya. Sudah dua minggu terakhir, pacarnya itu terlalu sibuk dengan aktivitasnya. "Ramya! Lo sibuk banget sih! Gue pengen ketemu!" Brescia mengetiknya di halaman whatsapp Ramya, lalu Ia hapus lagi.
 Berkali-kali. Hingga akhirnya, Ia membatalkan niatan itu. Pesan itu tidak pernah Ia kirimkan. Rutinitas nongkrong berdua merupakan jadwal tetap yang selalu mereka lakukan bertahun-tahun ke belakang. Tidak seperti biasanya, kali ini Brescia tanpa Ramya.
Terdorong rasa penasaran, Brescia kemudian menelpon kekasihnya. Muncul gambar seorang lelaki berkacamata dengan wajah tirus, dengan senyuman tipis seakan ragu, tersenyum atau tertawa. Tidak ada jawaban. Lebih dari empat kali Brescia mengulangi, tetapi hasilnya sama. Tidak ada respon.
"Lo dimana sih! Bikin gue khawatir aja, brengsek!" kesal Brescia bergumam pelan.
***
"Okay, kita cukupkan buat hari ini ya, Mas Ramya, see you next week," tutup Tara, seorang pengajar musik.
"Siap, Mas, makasih banyak ya!" balas Ramya semangat.
Ramya kemudian mengemasi gitar yang baru dua minggu ini dibelinya. Ketika Ia melihat ponselnya, Ia menyadari bahwa pacarnya telah beberapa kali mencoba menghubungi. Ekspresinya datar. Dari sorot matanya, ada hal yang tertahan. Belum mampu Ia ungkapkan.
Suara nada tunggu terdengar.
"Halo," terdengar suara wanita yang Ramya rindukan.