Mohon tunggu...
Betri Wendra
Betri Wendra Mohon Tunggu... -

Berasal dari kampung Lubuk Anau, Kec. Bayang, Pesisir Selatan. Menghabiskan masa remaja di Kota Jambi. Saat ini sedang melanjutkan studi S2 di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setangkai Putri Malu untuk Laili

27 September 2014   18:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:16 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Yogyakarta, 17 Juni 2013
Setangkai Putri Malu untuk Laili
Ini tak biasa. Ku mulai membalik lembaran usang tak tersentuh.

Kita yang terlahir di masyarakat kaku ini. Acapkali haus akan tutur lembut di  rumah sendiri. Kata-kata sayang, senyum penuh cinta sesuatu yang mahal di sini. Kita mungkin sangat mudah mengatakan rindu sama seseorang yang kemarin kita kenal, tapi tak kepalang payahnya untuk mengatakan: ”Bu, Aku sayang sama Ibu…”.
Tiba-tiba ku teringat adikku yang lagi galau nun jauh di sana, nentuin mau lanjutin sekolah kemana. Sebenarnya, banyak kata yang tertunda untuk ku bagi padamu, adikku. Mungkin saat ini, kau masih kecil tuk merasakan semuanya. Abang berharap suatu saat nanti kau akan temukan setangkai putri malu ini, duhai sang Bintang Digelapnya Malamku (Najmi Laili).
Dik, kamu takut ya sama abang?.
Sekarang kamu kan udah punya HP sendiri ya. Kok dak pernah ngubungin abang? Abangkan juga pengen tahu gmana sekolah kamu, tentang hasil UN kamu. Kamu mau lanjut ke SMP atau Tsanawiyah, dik? Atau ke pesantren seperti yang Ni Devi bilang ya?.
Maafkan abang ya dik. Abang belum bisa bantu apa-apa sekarang. Abang pengen bangat kamu sekolah di pesantren itu, kata Ni Devi pesantrennya bagus ya dik. Kamu udah pernah ke sana?.
Dik, kamu ingat dak dulu waktu di kampung. Kalau One ngelarang kamu mandi ke kali, pasti bilang abang marah ya. Wah, sekarang kamu udah besar. Udah setinggi Ni Yuli.
Bang masih ingat, waktu pulang kemarin kamu minta dibeliin jilbab. Ntar kalau bang balek bang bawain ya dik ya.
Ya Allah, papahlah adikku disetiap langkah kecil hidupnya.
Jangan lepas tangannya, kala badai benar-benar kuat menghempasnya.
Ya Allah yang maha lembut, lembutkanlah hati dan lakunya.
Jangan timpakan dosa-dosa hamba padanya.
Ya Allah yang maha indah, karuniailah Ia keindahan yang menebar bunga-bunga rampai di hati kami.
Ya Allah, engkaulah sebaik-baik pelindung.
Lindungi adikku ya Allah…
Dia yang Nelansa merisaukanmu,

B. W. Syailendra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun