Mohon tunggu...
Denie Denie
Denie Denie Mohon Tunggu... karyawan swasta -

085252615026 nomor hape saya, domisili di Sambas, Kalimantan Barat. Mau nulis apa saja, kapan saja dan di mana saja ...salam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pasar Kadariyah Pontianak

3 Juni 2011   21:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:54 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagi anda yang hobbi berbelanja di pasar atau sekedar menemani istri setiap pagi, tak salah jika sesekali anda berkunjung ke pasar Kadiriyah. Lokasinya tepat di sekitar keraton kadariyah Pontianak, atau berhadapan langsung dengan masjid jami’ kadariyah. Tentu saja, ditepi sungai kapuas dan style khas masyarakat Beting mengikatnya menjadi sangat menarik. Pasar ini persis diujung tiga sungai yakni sungai kapuas, sungai kapuas kecil dan sungai landak.
Sekedar berkisah, tak banyak yang menuliskan mengenai hikayat berdirinya pasar ini. Saya mencari di mbah google dalam beragam keyword, hasilnya nihil kecuali bicara tentang istana kadariyah saja, kesimpulan sementara saya, pasar ini usianya jauh lebih muda dari keraton kadariyah.
Sebagaimana kesan pada pasar – pasar lainnya yang ada di kota Pontianak, pasar kadariyah menawarkan berbagai kebutuhan dapur hingga perlengkapan rumah tangga. Tata pasarnya yang diduga “sekenanya” membuat pasar kadariyah ini overload, pedagang bisa berjubel hingga ke badan jalan.
Pasar Kadariyah tidak seperti pasar khas keraton pada umumnya, di sini tidak ada yang menjual barang – barang khas Pontianak lazimnya pasar – pasar di pusaran keraton. Misalnya pasar klewer, pasar yang dulunya dikenal dengan pasar sompretan berada di antara Kraton Kasunanan Surakarta ,dan Masjid agung, bukan hanya merupakan pasar sandang bagi warga Kota Solo ,akan tetapi merupakan pasar sandang dan bursa tekstil daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat ,Bali dan sebagainya. Sementara pasar kadariyah, lebih terlihat seperti pasar sandang saja.
Sama halnya dengan pasar Pasar Beringharjo di Yogyakarta. Pasar ini menjadi sebuah bagian dari Malioboro yang sayang untuk dilewatkan. Bagaimana tidak, pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama ratusan tahun dan keberadaannya mempunyai makna filosofis. Pasar yang telah berkali-kali dipugar ini melambangkan satu tahapan kehidupan manusia yang masih berkutat dengan pemenuhan kebutuhan ekonominya. Selain itu, Beringharjo juga merupakan salah satu pilar 'Catur Tunggal' (terdiri dari Kraton, Alun-Alun Utara, Kraton, dan Pasar Beringharjo) yang melambangkan fungsi ekonomi.
Wilayah Pasar Beringharjo mulanya merupakan hutan beringin. Tak lama setelah berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tepatnya tahun 1758, wilayah pasar ini dijadikan tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya. Ratusan tahun kemudian, pada tahun 1925, barulah tempat transaksi ekonomi ini memiliki sebuah bangunan permanen. Nama 'Beringharjo' sendiri diberikan oleh Hamengku Buwono IX, artinya wilayah yang semula pohon beringin (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo). Kini, para wisatawan memaknai pasar ini sebagai tempat belanja yang menyenangkan.
Baik pasar klewer maupun Bringharjo, mensimbolkan dirinya sebagai pasar yang lekat dengan wisatawan. Keberadaanya mewakili kesan bahwa pasar dan keraton seolah kakak beradik yang tak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Seperti pasar jongke misalnya yang diapit oleh keraton, pusat alun – alun dan masjid.
Keraton, Masjid dan Pasar Kadariyah seharusnya bisa diangkat sebagai sebuah fakta sejarah bahwa kota Pontianak didirikan dipenuhi oleh semangat keteraturan, keimanan dan kesejahteraan. Harapan untuk menjadi semisal pasar klewer adalah sesuatu yang sangat mungkin bisa dilakukan; Pasar kadariyah bisa dikembangkan sebagai pusat parawisata kota Pontianak, sehingga dikemudian hari seorang pelancong berujar, tak ke Pontianak jika tak ke kadariyah. Semoga.

Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun