Mohon tunggu...
Bernhard Frans
Bernhard Frans Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Pemimpin atau Pelayan

19 Februari 2017   22:47 Diperbarui: 19 Februari 2017   23:30 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai teman-teman para pembaca yang terhomat. Saya cuma mau mengeluarkan apa yang saya pikirkan tentang kenyataan yang kita hadapi dalam pilkada, khususnya yang di DKI Jakarta. Namun sebelumnya saya harus jelaskan bahwa saya tidak akan berbicara dari sisi politik, namun dari sisi bahasa yang pembahasannya jauh lebih ringan dari politik.

 Seperti yang kita tahu bahwa saat ini kita sedang menjalani proses pencarian GUBERNUR. Pada umumnya acara proses pencarian gubernur ini sering disebut dengan "Mencari Pemimpin". Kata-kata ini lah yang menurut saya sering disalah-gunakan oleh beberapa pihak.

 Menurut saya pribadi kata "Pemimpin" memiliki makna arti yang luas sehingga banyak celah yang bisa digunakan dengan salah oleh beberapa pihak. Namun ketika kita mendapat kata "Pemimpin Kota" atau Gubernur, maka kemungkinan disalah-gunakan oleh banyak pihak semakin mengecil. Artinya kata tersebut masih kemungkinan bisa disalah-gunakan walaupun arti makna kata tersebut telah mengerucut menjadi arti kata yang lebih jelas.

 Arti kata 'pemimpin' dari kata 'pemimpin kota' yang sering dipenggal atau dipisahkan dari kata 'kota' inilah yang artinya sering diperbanyak melalui arti-arti yang salah.

 Padahal "pemimpin kota" hanya mengartikan seseorang yang membawa kota ke arah yang lebih baik demi memperbaiki kehidupan para penduduk kotanya. DAN sesungguhnya kata "pemimpin kota" adalah kiasan karena sesungguhnya (menurut saya) gubernur itu adalah pelayan warga kota yang berkewajiban memberi solusi berupa layanan yang membuat suatu kota semakin beradab untuk ditempati penduduknya.

 Saya coba berikan contoh singkat, andai kita majikan sebuah rumah dan gubernur adalah koki pribadi kita. Maka koki harus memasak masakan enak yang bisa memuaskan rasa lapar kita. (Balik lagi kedalam kenyataan) disini tidak ada keterbalikan dimana gubernur adalah atasan kita. Gubernur adalah atasan dari pekerjaan-pekerjaan yang dia janjikan untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas hidup kita.

 Contoh lain yang bisa menjelaskan bahwa gubernur adalah pelayan yang kita pilih untuk menata kota tempat dimana kita tinggal. Apakah kita pernah berusaha membangun perusahaan lalu kita cari orang untuk jadi pemimpinnya? Saya rasa kita tidak akan melakukan hal itu. Jadi disini jelas bahwa gubernur hanyalah orang yang kita percayakan untuk mengubah kota kearah yang lebih baik.

 Jujur kalau saya mau bilang, mungkin sedikit jahat. Tapi ketika memilih pemimpin (entah itu pilpres atau pilkada), saya hanya ingin memanfaatkan mereka untuk menjahterakan hidup saya. Saya tidak akan memuja-muja. Kalau memuji itu berbeda dengan memuja. Kalau saya memuji dan bangga dengan hasil kerja mereka, ITU WAJAR

 Kembali pada permasalahan judul "Mencari Pemimpin" yang telah diartikan oleh banyak orang kearah yang tidak semestinya. Mungkin (ini hanya berandai-andai) harus diubah setiap saat pemilihan pemimpin, menjadi kata-kata yang tidak terlalu meninggikan status sosial mereka. Namun lebih menjelaskan secara eksplisit apa yang mereka kejar dalam pencalonan "Mencari Pelayan Rakyat"mungkin? (semoga ini contoh untuk menyederhanakan tanpa merendahkan).

 Mungkin kata yang saya contohkan tidak bisa mengubah perspektif masyarakat dalam waktu dekat. Namun menurut saya pribadi, itu penting dilakukan untuk mengubah perspektif masyarakat di masa yang akan datang sehingga memungkinkan masyarakat untuk memilih dengan pikiran yang lebih "sehat".

 Semoga semua yang saya bicarakan tidak mengandung unsur penghinaan atau dukungan terhadap pihak tertentu

 

 Salam damai

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun