Menggali Makna Kehidupan: Pengalaman Live-In di SMA Santo Antonius Jakarta
Oleh: Bernardus Jebatu
Dalam rangka pembentukan karakter sosial, emosional, yang berdasarkan nilai-nilai Dehonian (love, compassion, readiness sacrifice), SMA Santo Antonius Jakarta memiliki berbagai program unggulan untuk mengembangkan siswanya secara holistik. Salah satu program yang kerap menjadi momen transformatif bagi para siswa adalah kegiatan live-in. Program ini dirancang untuk mengajak siswa keluar dari zona nyaman mereka, merasakan secara langsung denyut nadi kehidupan masyarakat, serta menumbuhkan empati dan kepekaan sosial. Kegiatan Live In ini diikuti oleh seluruh siswa-siswi kelas XI yang berjumlah 90 siswa dan 9 guru pendamping. Kegiatan ini berlangsung tanggal 19 - 23 Mei 2025 bertempat di Dusun Sumberan Desa Patrowangsan, Candibinangun, Kec. Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan tema: “Dare to Change by Caring through Action”. Melalui tema ini, para siswa diajarkan untuk berani melakukan perubahan dan melawan rasa takutnya dengan menumbuhkan rasa peduli melalui perbuatan atau aksi nyata
Apa tujuan program Live-In?
Program live-in di SMA Santo Antonius Jakarta bertujuan untuk:
- Menumbuhkan Kepekaan Sosial dan Empati: Siswa diajak untuk tinggal bersama keluarga angkat di daerah tertentu, seringkali dengan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Pengalaman ini membuka mata mereka terhadap realitas kehidupan yang mungkin belum pernah mereka bayangkan sebelumnya. Situasi dan kondisi rumah yang ditempati dan dengan rumah para siswa mungkin agak berbeda. Para siswa harus bisa menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada dalam waktu yang singkat. Para siswa harus mampu beradaptasi dengan budaya setempat khususnya terkait dengan bahasa.
- Membangun Karakter Mandiri dan Tangguh: Jauh dari kenyamanan rumah dan fasilitas yang biasa didapatkan, siswa dituntut untuk beradaptasi, mandiri dalam mengurus diri sendiri, dan menghadapi tantangan-tantangan sederhana dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan baru. Kehidupan desa yang sederhana tentu harus mampu dihadapi oleh siswa agar bisa menjadi pribadi yang mandiri. Mereka harus belajar dari keluarga-keluarga yang mereka tempati terkait dengan ketangguhan mereka dalam menghadapi tekanan ekonomi yang mereka hadapi.
- Mengembangkan Keterampilan Komunikasi dan Interaksi: Siswa belajar bagaimana berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang, membangun hubungan baru, dan bekerja sama dalam kegiatan masyarakat. Para haru s bisa menempatkan diri sebagai pribadi yang terpelajara dalam berkomunikasi dengan anggota keluarga dimana mereka tinggal dan masyarakat setempat.
- Menghayati Nilai-Nilai Luhur: Melalui interaksi dan refleksi, siswa diharapkan dapat menghayati nilai-nilai seperti kesederhanaan, kerja keras, gotong royong, rasa syukur, dan solidaritas. Sesuai dengan semangat dehonian kasih, bela rasa, kesiapsediaan, pengorbanan, para siswa harus mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Refleksi Diri dan Pembelajaran Kontekstual: Pengalaman live-in menjadi laboratorium kehidupan nyata di mana siswa dapat merefleksikan ilmu yang telah mereka pelajari di kelas dan melihat relevansinya dalam konteks sosial yang lebih luas. Kegiatan live in harus tetap mengacu pada kurikulum yang berlaku di SMA Santo Antonius bukan terpisah dari kurikulum. Apa yang dipelajari di kelas dihubungkan dengan kondisi kehidupan nyata di masyarakat desa. Ada banyak hal positif dari kegiatan live-in yang bisa direfleksikan dan diambil maknanya.
Aneka Kegiatan yang Menginspirasi
Meskipun urutan acaranya dapat bervariasi setiap tahunnya, program live-in SMA Santo Antonius biasanya melibatkan beberapa aktivitas inti:
- Tinggal Bersama Keluarga Angkat: Ini adalah jantung dari program live-in. Siswa akan tinggal selama beberapa hari di rumah penduduk lokal, mengikuti ritme kehidupan mereka, dan menjadi bagian dari keluarga tersebut. Mereka menimakmi makanan yang dimakan keluarga tersebut setiap hari. Tidur di rumah keluarga tersebut dengan kondisi apa adanya supaya bisa merasakan apa yang dirasakan keluarga tersebut.
- Partisipasi dalam Aktivitas Sehari-hari: Siswa akan ikut serta dalam pekerjaan atau kegiatan sehari-hari keluarga angkat mereka, seperti bertani, beternak, atau kegiatan domestik lainnya. Mereka belajar dari keluarga angkat bagaimana menjadi petani, peternak, pedagang. Di sini para siswa banyak bertanya dan belajar dari keluarga tersebut. Mereka harus bisa mengambil makna dari setiap peristiwa atau kegiatan tersebut.
- Kegiatan Sosial Kemasyarakatan: Seringkali siswa juga dilibatkan dalam kegiatan bersama masyarakat setempat, misalnya kerja bakti, mengajar anak-anak di desa, atau berpartisipasi dalam acara adat/budaya setempat. Kegiatan ini bertujuan untuk bersosialaisasi dan mengenal sesama.
- Sesi Refleksi dan Pembinaan: Setiap hari atau secara berkala, akan ada sesi refleksi yang dipandu oleh guru pendamping. Dalam sesi ini, siswa diajak untuk berbagi pengalaman, mengungkapkan perasaan, dan menarik pembelajaran dari apa yang telah mereka alami. Di sini para siswa menceritakan kegiatannya dan apa manfatnya bagi mereka.
- Malam Keakraban atau Perpisahan: Kegiatan ini diadakan sebagai acara kebersamaan antara siswa, keluarga angkat, dan masyarakat setempat untuk mempererat tali silaturahmi dan mengucapkan terima kasih. Kegaiatan ini diisi dengan pentas seni sebagai hasil dari proses belajar budaya selama beberapa hari di tempat live-in, seperti tarian kuda lumping.
Dampak Positif yang Membekas