Mohon tunggu...
Bernard Mbuik
Bernard Mbuik Mohon Tunggu... Dosen dan Dekan FKIP Universitas Citra Bangsa

Saya adalah seorang dosen Manajemen Pendidikan yang aktif mengajar dan meneliti isu-isu pendidikan kontekstual di wilayah Indonesia Timur, khususnya Nusa Tenggara Timur. Saya percaya bahwa pendidikan tidak hanya soal angka, tapi tentang keberpihakan pada kemanusiaan dan keadilan. Saya menyukai aktivitas menulis opini, mengembangkan modul ajar berbasis budaya lokal, serta berdialog dengan guru-guru di lapangan. Topik favorit saya mencakup kebijakan pendidikan, kepemimpinan sekolah, pendidikan karakter, serta spiritualitas dalam dunia pendidikan. Di luar akademik, saya menikmati membaca buku filsafat pendidikan, menonton dokumenter sosial, dan menjelajahi kampung-kampung di pedalaman untuk belajar langsung dari kehidupan. Saya percaya bahwa suara dari daerah seharusnya punya ruang di percakapan nasional — dan tulisan saya adalah upaya kecil untuk itu.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Uang Suami, Uang Istri, Uang Kita: Membangun Tata Kelola Keuangan yang sehat dan Setara

14 Juli 2025   07:00 Diperbarui: 12 Juli 2025   07:49 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Dosen Manajemen Pendidikan dan Pemerhati Etika Keluarga Kristen

Pertanyaan klasik ini  "uang suami, uang istri, atau uang kita?"  mungkin tampak sederhana, tetapi menyimpan kompleksitas nilai, relasi kuasa, hingga identitas peran dalam rumah tangga. Dalam era digital dan meningkatnya kesetaraan gender, cara pasangan suami-istri mengelola keuangan mencerminkan bukan hanya preferensi praktis, tetapi juga nilai-nilai relasi yang mereka bangun.

Sebagian pasangan memilih model keuangan tradisional: suami sebagai pencari nafkah utama, istri sebagai pengelola rumah tangga. Di sisi lain, pasangan modern lebih menyukai penggabungan keuangan (joint account) sebagai simbol keterbukaan dan kesetaraan. Namun tidak sedikit juga yang menerapkan sistem “uang masing-masing”, yang dianggap memberi ruang kemandirian finansial dan menghindari konflik.

Lalu, pendekatan mana yang ideal? Jawabannya tidak tunggal  karena keuangan rumah tangga bukan soal matematika, melainkan soal manajemen kepercayaan.

Mengapa Tata Kelola Keuangan Keluarga Penting?

Studi-studi dalam psikologi keluarga menyebutkan bahwa salah satu penyebab tertinggi perceraian adalah konflik keuangan (Olson & DeFrain, 2010). Bukan karena pasangan kekurangan uang, tetapi karena tidak memiliki mekanisme pengelolaan yang transparan dan adil.

Dari perspektif manajemen keluarga, pengelolaan keuangan yang sehat perlu memperhatikan tiga prinsip dasar:

  1. Keterbukaan (transparency): Kejujuran dalam penghasilan, utang, pengeluaran, dan prioritas jangka panjang.

  2. Keadilan (fairness): Pembagian tanggung jawab yang proporsional, bukan semata berdasarkan peran tradisional.

  3. Kesepakatan (agreement): Adanya konsensus bersama, bukan dominasi salah satu pihak.

Dalam masyarakat patriarkal, sering kali uang suami dianggap “uang utama” dan uang istri hanya “tambahan”. Padahal dalam realitas kontemporer, banyak istri yang menjadi pencari nafkah utama. Maka, mengacu pada teori relasi setara (egalitarian marriage), pengelolaan keuangan pun perlu mencerminkan hubungan saling menghormati, bukan superior-subordinat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun