Mohon tunggu...
Berliani November
Berliani November Mohon Tunggu... Mahasiswa : komunikasi

Tak sekadar menulis, tapi mencoba memahami dunia lewat kata.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Rumah ke Sekolah: Bersama, Dukung Anak Jadi Hebat

18 Oktober 2025   15:25 Diperbarui: 18 Oktober 2025   15:25 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Seorang guru menyambut siswanya di gerbang sekolah dengan senyum cerah, sementara orang tua melambaikan tangan di belakang. Smber: SMPIT

Setiap pagi, sebelum berangkat sekolah, ibu selalu mengucapkan kalimat yang sama:

"Belajarlah dengan hati yang senang, bukan karena takut nilai jelek."

Kalimat sederhana itu lama-lama menancap dalam diri saya. Ia bukan sekadar nasihat, tapi pengingat bahwa belajar tidak harus selalu diiringi tekanan. Dari rumah, saya belajar tentang cinta dan kesabaran. Di sekolah, saya belajar tentang keberanian dan kerja sama. Dua tempat yang berbeda, tapi keduanya sama-sama mengajarkan bagaimana menjadi manusia yang lebih baik.

Rumah: Awal dari Segalanya

Bagi saya, rumah bukan cuma tempat pulang. Di sanalah saya pertama kali belajar arti kata ramah.Ramah bukan hanya soal senyum, tapi tentang bagaimana orang tua mau mendengarkan tanpa menghakimi.

Ada masa di mana saya takut gagal, bahkan sekadar mendapat nilai rendah. Tapi ibu selalu menenangkan, "Yang penting kamu sudah berusaha."Dari situ saya paham, dukungan orang tua bukan soal membenahi kesalahan anak, tapi menemani mereka tumbuh dengan sabar.

Menurut data Kemendikbudristek (2024), anak yang mendapat dukungan emosional dari keluarganya memiliki motivasi belajar 38% lebih tinggi dibanding anak yang tidak mendapatkannya. Dan saya percaya itu benar karena saya adalah salah satu buktinya

Sekolah yang Ramah, Anak Tumbuh Bahagia

Sekolah saya sederhana, tapi setiap pagi disambut dengan senyum. Guru-guru kami tidak pernah menakuti, melainkan memotivasi.Saya masih ingat, suatu hari saya datang terlambat karena hujan deras. Alih-alih dimarahi, wali kelas justru berkata dengan lembut,

Yang penting kamu datang dengan selamat. Ayo, belajar lagi. Itu momen kecil yang membuat saya merasa dihargai. Dari situ saya belajar bahwa sekolah yang ramah tidak selalu berarti sekolah yang besar, tapi sekolah yang menghadirkan rasa aman bagi siswanya. Ketika anak merasa aman, ia akan berani mencoba. Saat anak berani mencoba, di situlah proses belajar sejati dimulai.

Ketika Rumah dan Sekolah Bergandengan Tangan

Saya percaya, keberhasilan anak bukan hasil kerja satu pihak saja.

Orang tua dan guru seperti dua sisi dari jembatan yang sama jika salah satunya rapuh, anak akan kesulitan menyeberang menuju masa depan. Orang tua menanamkan nilai-nilai hidup di rumah, guru mengasah ilmu dan karakter di sekolah. Ketika keduanya saling mendukung, anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, tangguh, dan berkarakter baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun