Cirebon, Indonesia - YouTube membuat keputusan besar yang mengejutkan banyak pihak. Mulai 21 Juli 2025, YouTube resmi menghapus fitur Tab Trending, sebuah fitur yang selama hampir satu dekade menjadi acuan video-video yang sedang viral di platform tersebut. Keputusan ini diumumkan melalui blog resmi YouTube dan langsung memicu beragam reaksi dari kreator hingga warganet di seluruh dunia.
Tab Trending pertama kali diperkenalkan pada tahun 2015, bertujuan untuk membantu pengguna menemukan video-video yang sedang populer dalam waktu singkat. Di Indonesia, fitur ini sempat menjadi perhatian karena sering didominasi oleh musik K-Pop, konten prank, hingga video kontroversial dari para YouTuber ternama. Namun dalam beberapa tahun terakhir, keberadaan Trending semakin sepi peminat.
YouTube dalam keterangannya menjelaskan bahwa perilaku pengguna telah berubah drastis. Mayoritas penonton kini lebih banyak mengakses video melalui beranda atau rekomendasi yang dipersonalisasi oleh algoritma kecerdasan buatan. Dengan kata lain, algoritma kini lebih dipercaya untuk menyajikan konten sesuai minat masing-masing pengguna dibanding harus mengecek halaman Trending yang isinya seragam untuk semua orang.
"Kami melihat bahwa pengguna kini lebih nyaman dan sering menemukan video yang sesuai preferensi mereka melalui home feed. Oleh karena itu, fitur Trending dirasa tidak lagi relevan,"Â tulis perwakilan YouTube dalam pengumuman resminya.
Langkah ini sebenarnya sudah diprediksi oleh sebagian pengamat teknologi, mengingat perubahan cara konsumsi konten di era algoritma yang begitu dominan. Meski demikian, tak sedikit kreator dan fans yang menyayangkan keputusan ini. Terutama dari kalangan fandom musik seperti K-Pop yang selama ini sering menggunakan Trending sebagai indikator keberhasilan lagu atau video musik baru.
Di Indonesia sendiri, tab Trending sering menjadi sorotan ketika menampilkan video-video yang dianggap tidak mendidik atau penuh sensasi. Kritik terhadap algoritma Trending yang dianggap mudah dimanipulasi dengan klik bait, drama, hingga bot views menjadi salah satu alasan fitur ini kehilangan esensinya.
Kini, dengan dihapusnya Trending, kreator harus lebih mengandalkan kemampuan mereka untuk memahami algoritma dan membuat konten yang bisa relevan dengan minat audiens mereka. Interaksi seperti likes, komentar, dan watch time akan semakin menentukan apakah sebuah video bisa muncul di beranda banyak orang.
Penghapusan Trending juga membuka diskusi baru soal transparansi algoritma YouTube. Tanpa indikator publik seperti Trending, publik sulit mengetahui konten apa yang sebenarnya sedang viral di skala nasional atau global. Semua menjadi personal dan tersaring sesuai preferensi masing-masing.
Ke depan, akan menarik melihat bagaimana perubahan ini mempengaruhi ekosistem kreator dan strategi pemasaran digital di YouTube. Apakah dengan hilangnya Trending, kualitas konten akan semakin baik? Atau justru algoritma memperkuat "echo chamber" yang membuat pengguna hanya melihat apa yang mereka sukai saja?
Waktu yang akan menjawab. Namun satu hal yang pasti, era di mana semua orang mengejar Trending di YouTube resmi berakhir per 21 Juli 2025.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI