Mohon tunggu...
Berliani  Warsah
Berliani Warsah Mohon Tunggu... 24107030143

mahasiswa ilmu komunikasi universitas Islam negeri sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Untukmu, Eyang Titiek Puspa

12 April 2025   15:32 Diperbarui: 17 April 2025   08:03 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semalam aku nangis. Iya, serius. Tiba-tiba aja muncul berita itu di timeline berita yang bikin dada aku nyesek seketika. "Titiek Puspa berpulang..." Ya Allah, aku langsung baca istighfar pelan-pelan, terus lanjut dengan doa sambil mata udah nggak kuat nahan air.

Innalillahi wa inna ilaihi rojiun... Salah satu legenda terbaik yang pernah dimiliki negeri ini akhirnya pulang ke tempat terbaik. Titiek Puspa nama yang udah kayak puisi hidup bagi banyak orang, termasuk aku.

Aku inget banget waktu kecil, ibuku suka nyetel lagu "Kupu-Kupu Malam" pas lagi masak atau nyetrika. Liriknya dalem banget, penuh empati, dan... jujur. Lagu itu bukan cuma tentang perempuan yang dianggap "nakal", tapi juga tentang rasa, tentang luka, tentang hidup yang nggak semua orang mau mengerti. Dan cuma Eyang Titiek ya, aku manggil beliau Eyang, karena semua orang di dunia seni kayaknya nganggep beliau sebagai ibu agung seni kita semua yang bisa nulis dan nyanyiin itu dengan tulus banget.

(Foto Alm. Titiek Puspa(Sumber:www.kapanlagi.com))
(Foto Alm. Titiek Puspa(Sumber:www.kapanlagi.com))

Perjalanan hidup Eyang Titiek tuh panjang banget. Nama aslinya Sri Winarni Djoeminah. Lahir di Kalimantan Selatan tahun 1937, dan sejak remaja udah bersinar di dunia tarik suara. Tapi jalan hidupnya nggak segampang itu, beb. Dia pernah ngalamin banyak tantangan, bahkan dari keluarga sendiri yang awalnya nggak setuju dia nyanyi. Tapi semesta punya rencana, dan suara emasnya bener-bener jadi berkah buat negeri ini.

Nggak cuma nyanyi, Eyang juga aktris. Beliau pernah main film juga loh! Judulnya antara lain Gadis Pendekar dan Minah Gadis Dusun. Di film, dia nggak sekadar tampil cantik atau jadi pemanis perannya tuh kuat dan karismatik. Bisa dibilang, Eyang Titiek itu seniman sejati. Totalitasnya tuh kayak... nggak ada duanya.

Tapi yang paling aku kagumi dari beliau adalah caranya berdiri buat sesama. Malam tadi aku liat video TikTok Inul Daratista nangis. Bener-bener pecah tangisnya. Inul cerita kalau Eyang Titiek adalah salah satu orang yang pasang badan buat dia waktu karirnya dihujat habis-habisan karena goyang ngebor dulu. Waktu semua orang menjauh, Eyang malah datang. Ngebela. Ngedukung. "Orang kayak Titiek Puspa itu langka. Nggak sekadar bijak, tapi juga berani," kata Inul dengan suara gemetar. Dan aku? Ya makin nangis aja.

Lebaran kemarin, beliau masih semangat, masih sehat. Bahkan sempet upload foto bareng keluarga. Senyumnya masih hangat, matanya masih berbinar kayak biasa. Nggak ada yang nyangka itu bakal jadi lebaran terakhirnya. Kadang ya, hidup tuh suka main rahasia gitu. Kita nggak pernah dikasih tahu kapan harus siap kehilangan seseorang yang kita anggap nggak akan pernah pergi.

Eyang Titiek tuh nggak cuma bikin lagu, tapi bikin kenangan. Lagunya "Bing", yang katanya diciptakan buat Bing Slamet waktu wafat, itu juga jadi lagu perpisahan paling menyayat. Ironis ya... sekarang lagu itu kayak balik ke beliau sendiri.

Terus ada "Apanya Dong", lagu ceria yang ngasih warna di era 80-an. Lagu itu lucu, genit, dan playful banget persis kayak persona beliau di atas panggung. Tapi jangan salah, lagu-lagu beliau tuh nggak sekadar enak didenger, tapi ada makna. Ada cerita di balik tiap lirik. Dan yang paling keren, hampir semua lagunya ditulis sendiri. She was a composer, a lyricist, a performer all in one.

Kalau kamu tanya aku siapa artis perempuan Indonesia paling lengkap? Jawabanku pasti: Titiek Puspa. Suara? Unik. Lagu? Menyentuh. Karakter? Wah, luar biasa. Sampai usia senja pun, beliau tetap aktif, tetap menyemangati seniman muda, tetap tampil anggun dengan rambut silver dan kacamata khasnya.

Beliau juga punya filosofi hidup yang damai. Sering bilang bahwa hidup itu harus dijalani dengan cinta. Eyang juga penyintas kanker, loh. Pernah sakit keras tapi bangkit, terus malah bikin lagu dan semangat hidup lagi. Orang kayak gini, tuh bukan cuma inspirasi, tapi bukti nyata bahwa seni dan cinta bisa menyembuhkan apa pun.

Yang paling nyentuh, banyak banget penyanyi muda yang ngaku kalo mereka bisa berdiri di panggung hari ini karena pernah disentuh nasihat atau kebaikan beliau. Bahkan di masa tua, Eyang masih jadi tempat ngadu, tempat belajar, tempat pulang.

Kadang ya, aku mikir... kok bisa ya, satu sosok perempuan punya pengaruh sebesar itu dalam hidup banyak orang? Maksudku, Eyang Titiek bukan cuma artis senior, bukan sekadar penyanyi legendaris, tapi dia tuh udah kayak fondasi dari dunia hiburan Indonesia.

Beliau tuh selalu hadir di setiap generasi. Mulai dari nenekku, mamaku, sampai aku sendiri pun tahu dan hafal lagu-lagunya. Dan uniknya, meskipun lagu-lagunya udah puluhan tahun, rasanya tuh masih relevan. Masih ngena. Masih bisa bikin kita diem, mikir, atau senyum sendiri.

Aku jadi inget satu momen... pas aku lagi down karena habis disalahpahamin temen kantor. Aku pulang, nyalain TV, dan tiba-tiba nongol dokumenter lama tentang Eyang. Di situ dia bilang gini:

"Orang bisa ambil apa pun dari kamu. Tapi kalau kamu punya hati, kamu nggak akan pernah habis."

Aku langsung diem. Kata-katanya tuh kayak tamparan lembut. Nggak keras, tapi bikin sadar. Dan begitulah Eyang. Beliau nggak perlu marah-marah untuk menyentuh hati orang. Cukup lewat nada, lirik, dan senyuman yang hangat.

Eyang juga dikenal sebagai ibu dari tiga anak, istri dari Mus Mualim seorang maestro musik juga dan mereka adalah pasangan harmonis yang selalu saling dukung di dunia seni. Tapi tahu nggak? Meski kehidupannya kelihatan bahagia, beliau juga pernah jatuh, pernah sedih, pernah sepi. Dan yang bikin aku salut, beliau nggak pernah menyembunyikannya. Justru dari luka itu, beliau ciptakan lagu-lagu yang jujur. Lagu yang benar-benar bisa jadi teman buat kita saat kita ngerasa sendiri.

Contohnya lagu "Doa untuk Kekasih" atau "Mengapa Kau Menangis?"itu lagu-lagu yang nggak meledak kayak "Apanya Dong", tapi liriknya... dalem banget. Aku pernah denger cerita dari seorang presenter TV senior yang bilang, "Titiek Puspa itu bukan cuma nyanyi. Dia ngobrol lewat lagu. Dia doain kamu lewat lagu. Kamu nggak akan pernah ngerasa sendiri kalau pernah denger lagu-lagunya."

(Foto:Alm.Titiek Puspa&Inul Daratista(Sumber:instagram@inul.d))
(Foto:Alm.Titiek Puspa&Inul Daratista(Sumber:instagram@inul.d))

Dan soal keberpihakan beliau sama seniman muda aduh, itu topik yang bisa satu buku sendiri. Termasuk saat Inul Daratista dihujat karena goyang ngebor, Eyang maju paling depan buat bela. Padahal waktu itu, banyak banget artis senior lain yang malah ikutan nyinyir. Tapi Eyang beda. Dia liat niat Inul, liat perjuangannya, dan bilang, "Kalau kamu punya bakat, jangan takut. Terus nyanyi. Terus menari."

Inul sendiri bilang, "Kalau bukan karena Ibu Titiek, mungkin aku udah berhenti." Dan sekarang, Inul sukses, punya bisnis, punya keluarga, bisa bahagiain banyak orang. Itu semua nggak lepas dari sosok Eyang yang ngulurin tangan waktu dunia lagi jahat-jahatnya.

Aku nulis ini sambil terus keinget senyumnya. Kacamatanya yang khas, rambut perak yang elegan banget, dan gaya bicaranya yang lembut tapi kuat. Eyang nggak pernah teriak-teriak, tapi tiap katanya berisi. Bahkan pas diwawancara di umur 80-an, beliau masih bisa lempar jokes dan ngebanyol dengan penuh gaya. Asli, aku tuh pengen banget tua kayak Eyang tetap enerjik, tetap punya tujuan, tetap inspiratif.

Dan sekarang, pas beliau udah nggak ada, aku sadar... kepergian beliau bukan cuma kehilangan bagi dunia seni. Tapi juga kehilangan sosok ibu, guru, sahabat, dan pejuang. Kehilangan suara yang pernah nyanyi tentang perjuangan perempuan, tentang kemanusiaan, tentang cinta sejati, dan tentang luka-luka yang nggak kelihatan.

Aku cuma bisa bilang... Terima kasih, Eyang. Untuk lagu-lagumu yang nemenin kita tumbuh. Untuk keberanianmu membela yang lemah. Untuk cintamu yang tumpah ruah dalam setiap nada. Untuk waktumu yang nggak pernah pelit untuk berbagi. Dan untuk keberadaanmu... yang selama ini, jujur aja, sering kita anggap akan selalu ada.

Hari ini, Indonesia lebih sepi. Tapi di dalam hati kita, suara Eyang nggak akan pernah hilang. Lagu-lagu itu akan terus hidup. Dan semoga di sana, di tempat yang damai dan indah itu, Eyang bisa istirahat dengan tenang. Mungkin lagi duduk santai di taman bunga sambil nulis lagu baru, seperti biasa.

Kita yang di sini... akan terus menyanyikanmu, mengenangmu, dan mencintaimu.

Selamat jalan, Eyang Titiek Puspa. Terima kasih... untuk semuanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun