Kata Imam Al-Ghazali, orientasi hidup yang bertumpu pada materi dan dunia hanya akan mendapatkan mata'al ghurur (kesenangan semu). Adapun sumber kesenangan semu itu antara lain; profesi, kekayaan, atau  jabatan. Bagi yang ingin mendapatkan sakinah an- nafsi (ketenangan diri) maka ia harus dapat membangun orientasi hidupnya untuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) melalui proses berjenjang dimulai dari; tobat, zuhud, sabar, dan diakhiri dengan ma'rifah.
Itu sebabnya, para ahli tasawwuf sering merintih dalam doa-doa mereka yang panjang. "Ya Robbi. Ya Ilahi... Hamba-Mu yang lemah ini, tidak sedih apabila ada keinginan yang tidak Engkau kabulkan. Namun, ampuni hamba, apabila ada anugerah-Mu yang lalai disyukuri. Ya Allah, Ya Hafidz... kami berlindung kepada-Mu menjadi mulia di mata manusia, tetapi hina dalam pandangan-Mu".
Marilah kita membahagiakan orang lain. Allah swt pasti akan memberi kita "rezeki" berupa orang lain yang akan membahagiakan kita. Berusahalah untuk selalu memberi, karena setiap kali kita memberi, maka kita akan menerima tanpa meminta sekalipun. Semakin banyak memberi. Semakin banyak menerima. Alangkah eloknya hidup ini Jika kita tidak dapat memberi keuntungan, maka jangan merugikan orang lain. Jika kita tidak dapat menyenangkan, maka jangan menyusahkannya, Jika kita tidak dapat memuji, maka jangan  mencacinya.
Hidup adalah sebuah perjuangan. Demikian salah seorang guru kehidupan pernah berkata. Dan karena hidup adalah sebuah perjuangan, maka tugas kita hanya berjuang dan terus berjuang, hingga kita sampai di tempat tujuan. Namun terkadang kita dipaksa untuk menyerah, dipaksa untuk berhenti melangkah. Ada kalanya kita menjadi demikian putus asa, merasa tak berdaya dan tak mampu lagi melakukan apa-apa. Ada saat-saat di mana kita berada dalam titik nadir, berada dan tenggelam begitu jauh di lembah keperpurukan.
Entah apa masalah atau alasan dibalik keterpurukan itu, namun kebanyakan kita pasti pernah mengalami hal semacam itu.
Dalam kondisi atau keadaan itu, pikiran kita yang telah sama lelahnya dengan berbagai aspek dalam kehidupan kita mungkin berbisik, "aku menyerah".
Napoleon Hill pernah berkata, kekuatan dan perkembangan datang hanya dari usaha dan perjuangan yang terus menerus. Jadi teruslah melangkah dengan terus menikmati perjalanan dengan cara membuat perjalanan jadi "santai", dan mengungkap maksud baik Allah dibalik perjalanan yang sedang kita tempuh.
Sahabat yang mulia, Jabir bin Abdullah, mengabarkan bahwa  Rasulullah saw. pernah melewati sebuah pasar hingga kemudian banyak orang yang mengelilinginya. Sesaat kemudian beliau melihat bangkai anak kambing yang cacat telinganya. Beliau mengambil dan  memegang telinga kambing itu seraya bersabda, ''Siapa di antara kalian yang mau memiliki anak kambing ini dengan harga satu dirham.'' Para sahabat menjawab, ''Kami tidak mau anak kambing itu menjadi milik kami walau dengan harga murah, lagi pula apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?'' Kemudian Rasulullah berkata lagi, ''Apakah kalian suka anak kambing ini menjadi milik kalian?'' Mereka menjawab, ''Demi Allah, seandainya anak kambing ini hidup, maka ia cacat telinganya. Apalagi dalam keadaan mati.'' Mendengar pernyataan mereka, Nabi bersabda, ''Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini untuk kalian.'' (HR Muslim).
Dalam riwayat lain disebutkan:
: :
Pada suatu waktu, Rasulullah memegang pundak Abdullah bin Umar Beliau berpesan, ''Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau orang yang sekadar melewati jalan (musafir).''
Abdullah menyimak dengan khidmat pesan itu dan memberikan nasihat kepada sahabatnya yang lain:
: " "