Tidak tinggi, hanya sekitar 5-10 cm. Tapi air hanya setinggi itu pun, bila sudah masuk rumah tetap saja bikin repot.Â
Semua benda yang berada di lantai terpaksa dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi agar tidak rusak terkena air. Beberapa yang tidak keburu dipindahkan terpaksa basah kuyup.Â
Air yang masuk pun bukan air bersih. Air sudah bercampur dengan lumpur, dedaunan, bahkan beberapa cacing kecil ikut mengalir bersamanya. Butuh beberapa jam untuk membuat rumah kembali bersih.
Esok harinya, berbagai barang terpaksa harus dijemur di bawah panas matahari. Banjir itu benar-benar tidak enak.
Selain itu didukung pula oleh perilaku warga yang kurang menjaga kebersihan lingkungan. Seperti membuang sampah sembarangan, dan tidak peduli dengan kebersihan lingkungan sekitar rumahnya.
Sementara saluran air kecil, dan seringkali dipenuhi sampah. Sehingga apabila hujan turun sangat besar, aliran air tersumbat, dan selokan tidak lagi mampu menampung air. Akibatnya air meluap dari saluran air, mengalir ke halaman, masuk ke teras dan akihirnya mengalir ke rumah.
Berbekal dari pengalaman tersebut, beberapa kiat saya lakukan untuk mengantisipasi datangnya banjir yang tidak diundang.
1. Menutup celah antara pintu depan dan lantai rumah
Setelah menjadi korban banjir satu kali, saya jera tidak ingin dikerjai lagi oleh banjir.Â
Setiap kali terjadi hujan yang sangat besar, dan terlihat air di selokan mulai naik, saya akan segera menutup celah antara pintu depan dan lantai rumah, menggunakan kain-kain, baju bekas, atau kain microfiber. Bahkan saya tutup hingga ke sisi pertemuan pintu dengan kusen pintu.
Begitu pula tatkala hendak bepergian, dan melihat langit sudah berawan, kembali celah-celah pintu ditutup rapat dari luar.
Terbukti cara ini sangat ampuh. Bila kami menutup rapat celah itu, air tidak akan bisa menembus celah. Sejak itu, rumah bebas dari banjir